Rabu, 08 Juni 2016

UPT PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR TAWAR UMBULAN KEMBANGKAN NILA UNGGUL JATIMBULAN


 
Mendengar nama UPT PBAT Umbulan, sebagian orang pasti sudah banyak yang tahu bahwa di UPT PBAT Umbulan ini telah melahirkan Nila Jatimbulan (Nila Jawa Timur Umbulan), merupakan nila strain baru yang memiliki keunggulan antara lain; memiliki pertumbuhan yang cepat, tahan terhadap serangan penyakit dan mudah beradaptasi pada lokasi yang berbeda kondisi lingkungannya (tawar hingga payau). Pada Tahun 2008, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Kep. 11/ MEN/ 2008 telah resmi dilaunching/ dilakukan pelepasan varietas Ikan Nila Jatimbulan sebagai Galur Unggul Induk Ikan Nila.

Selective breeding merupakan program pengembangbiakan yang dilakukan agar nilai pengembangbiakan (breeding value) dari suatu populasi dapat meningkat melalui seleksi dan menghasilkan ikan yang terbaik ( seperti ikan yang tumbuh lebih besar, lebih berat, yang memiliki warna yang diharapkan, dll) dengan harapan agar ikan yang terpilih dapat menurunkan sifat keunggulannya pada turunannya. Apabila hal ini terjadi, maka generasi berikutnya akan memiliki nilai lebih karena ikan dapat tumbuh lebih cepat sehingga dapat meningkatkan hasil produksi, pertumbuhan ikan akan lebih efisien dengan biaya pakan yang lebih murah, atau semua ikan yang dihasilkan memiliki warna ikan yang diharapkan sehingga dapat meningkatkan keuntungan bagi pembudidaya (Tave, 1995).
Berdasarkan gambaran tersebut maka UPT Pengembangan Budidaya Air Tawar (UPT PBAT)  Umbulan melaksanakan program Pemuliaan Broodstock Ikan Nila yang bertujuan untuk menghasilkan induk ikan nila strain / varietas baru yang memiliki kriteria yang bersifat unggul dalam pertumbuhan. UPT PBAT Umbulan ini nantinya diharapkan mampu mensuplay kebutuhan induk unggul bagi UPTD dan UPR serta kekurangan benih di masyarakat pembudidaya ikan. UPT PBAT Umbulan melaksanakan program Seleksi dengan menggunakan metode Seleksi Individu dengan mengkoleksi 6 strain induk ikan nila antara lain induk ikan nila Hitam GIFT generasi ke-3 dan ke-6, Nila Hitam Punten, Nila Merah Citralada, Nila Merah KedungOmbo dan Nila Putih Sleman.
Pemuliaan dengan program seleksi yaitu Seleksi Individu yang mengikuti Standar Prosedur Operasional (SPO) 01 yang dikeluarkan oleh Pusat Pengembangan Induk Ikan Nila Nasional (PPIINN) tahun 2004 yang telah dimodifikasi sesuai dengan kondisi lapangan. Dalam kurun waktu pengerjaan 3 ( tiga ) tahun broodstock nila di BPBAT Umbulan - Pasuruan, telah didapatkan hasil tiga generasi yaitu hasil Seleksi Individu I yaitu F1, hasil Seleksi Individu II yaitu F2 dan Seleksi Individu III yaitu F3. Berdasarkan hal tersebut dan sediaan calon induk yang ada pada saat ini di UPT PBAT Umbulan, maka ikan nila hitam hasil Seleksi Individu (F3) layak untuk dijadikan induk penjenis dan dilepas oleh Menteri kelautan dan Perikanan dan di diseminasikan kepada instansi atau pembudidaya yang memerlukan. Berdasarkan hasil pertemuan Pelepasan Ikan Nila Hasil Seleksi Individu pada tanggal 30 Oktober 2007 di Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan Jakarta telah diperoleh keputusan bahwa ikan Nila hasil Seleksi Individu yang disetujui untuk dilakukan pelepasan adalah Ikan Nila Hitam dengan nama NILA JATIMBULAN atau Nila Jawa Timur Umbulan. Dari hasil monitoring dilapang, performan ikan nila hitam tersebut dari generasi ke generasi menunjukkan peningkatan pertumbuhan yang cukup berarti. Pada Tahun 2008, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Kep. 11/ MEN/ 2008 telah resmi dilaunching/ dilakukan pelepasan varietas Ikan Nila Jatimbulan sebagai Galur Unggul Induk Ikan Nila.
Nila Jatimbulan telah melalui berbagai proses uji antara lain : Uji pertumbuhan, Reproduksi, Morfologi, Dressing Percentage, Uji multilokasi, Uji Bebas dan tantang penyakit, Uji adaptasi salinitas dan SR/ Survival Rate.
Keunggulan induk nila jatimbulan
Berdasarkan hasil monitoring dan berbagai uji, ikan nila Jatimbulan hasil Seleksi Individu dari generasi ke generasi menunjukkan peningkatan yang berarti dan memiliki keunggulan antara lain :
  1. Memiliki pertumbuhan yang lebih cepat (nilai genetik gain 19.47 – 21.59%)
  2. Prosentase Hatching Rate (HR) tinggi ( 90% ) dan Sintasan tinggi ( 85 % )
  3. Memiliki daya adaptasi yang kuat terhadap perubahan salinitas (Sintasan pada salinitas 20 ppt : nilai hitam = 68,8 %, nilai merah = 90 % dan nila putih = 88,8 % )
  4. Tahan terhadap serangan penyakit (bakteri Aeromonas hydrophylla)
  5. Mudah beradaptasi dan dapat dibudidayakan pada lokasi yang berbeda kondisi lingkungannya ( tawar – payau )
Karakteristik Nila Jatimbulan

No.
Karakteristik
Satuan
Nilai
1
2
3
4
1.
Asal



Hasil Seleksi Individu ikan nila 6 strain : Nila GIFT G-3, GIFT G-6, Hitam Punten, Merah Citralada, Merah KedungOmbo, dan Nila Putih Sleman


2.
Karakteristik Morfologi dan Morfometrik Nila Jatimbulan



- Panjang Total (PT)
cm
25 - 32

- Panjang Standar (PS)
cm
23 – 26.7

- Tinggi Badan (TB)
cm
8 – 11

- Linea Lateralis (LL)

38 - 41

- Lebar Mata (LM)
cm
1.5 – 2

- Jumlah Sirip Punggung

D : XVI – XVII. 12 – 13

- Jumlah Sirip Dada

P : 12 - 13

- Jumlah Sirip Dubur

A : III. 9 - 10

- Jumlah sirip Perut

V : I. 5

- Jumlah Sirip Ekor

C : 16 - 17

- Warna punggung

Abu-abu kehijauan

- Warna perut

Putih keabu-abuan

- Warna operculum

Abu-abu kemerahan

- PS/TB

2.22 – 2.45

- Prosentase daging
%
30 – 40
3.
Karakter Reproduksi



Kematangan gonad pertama
Bulan
6 (enam)

Berat Induk
Gram
400

Fekunditas
butir
1800 – 2500

Diameter telur
mm
2 – 2.5

Warna telur

Kuning

Daya tetas telur
%
90

Sintasan
%
85
4.
Karakter Genetik



- Genetik Gain (F1 – F3)
%
19.47 – 21.59

                  Ikan nila Jatimbulan memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan sehingga dapat dipelihara di dataran rendah yang berair payau hingga dataran tinggi yang berair tawar. Habitat hidup ikan nila Jatimbulan cukup beragam, dari sungai, danau, waduk, rawa, sawah, kolam, hingga tambak. Ikan nila dapat tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-380 C dan dapat memijah alami pada suhu 22-370 C. Untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan suhu optimum bagi ikan nila adalah 25-300 C. Pembesaran ikan Nila Jatimbulan membutuhkan waktu kurang lebih 3-4 bulan dengan bobot 200-300 gram/ ekor atau ≥ 500 gram dengan masa pemeliharaan 6 bulan.
                  Prospek pengembangan ikan Nila Jatimbulan sangatlah  bagus, hal ini dikarenakan tingkat permintaan benih  untuk pembesaran ikan  konsumsi akan nila Jatimbulan setiap tahunnya semakin meningkat. Selain itu harga ikan konsumsi ikan nila juga sangat tinggi. Harga di tingkat produsen atau di pembudidaya pada saat ini berkisar Rp.  19.000,- s/d  Rp. 20.000,-/kg. Tidak hanya permintaan benih nila Jatimbulan yang meningkat, permintaan akan calon Induk Ikan  NilaJatimbulan juga sangat tinggi. UPT PBAT Umbulan telah mensuplay induk Nila Jatimbulan hampir diseluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, sehingga diharapkan permintaan benih  nila Jatimbulan dapat terpenuhi. Tidak hanya di wilayah propinsi Jawa Timur saja, distribusi benih dan calon induk Nila Jatimbulan telah terdistribusi ke Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Timur, Bengkulu dan Medan.
Cara Budidaya nila Jatimbulan cukuplah mudah, namun harus tetap disyaratkan untuk mematuhi aturan untuk cara berbudidaya ikan yang baik (CBIB) dan penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) proses produksi Nila Jatimbulan. Budidaya ikan nila bisa dilakukan diberbagai lokasi yang berbeda, mulai dari kolam, karamba, karamba jaring apung, tambak dan lainnya. Berikut SOP produksi Nila Jatimbulan :
A.            PROSES PRODUKSI BENIH NILA JATIMBULAN
1.             Persyaratan kualitas air
a.      Sumber air                                      :     Bersih, tidak tercemar, bebas sampah dan ikan
                                                      liar dan bila perlu disaring.
b.      Oksigen terlarut                               :     4 – 5 mg per l
c.      pH                                                  :     6,5 – 8,5
d.      Suhu                                              :     24 – 30 oC
e.      Alkalinitas                                       :     > 50 mg per liter CaCO3
f.       Ammonia                                        :     < 0,1 mg per liter
g.      NO2-N                                            :     < 0,001 mg per liter
2.             Wadah Pemijahan
a.      Kolam tanah
b.      Hapa di kolam atau di Jaring
c.      Bak tembok
3.             Kolam
a.      Luas kolam minimal                         :     500 m2
b.      Kedalaman air                                 :     75 - 100 cm
c.      Debit                                              :     05-1 liter per detik
4.             Hapa
a.      Luas kolam                                     :     500 m2
b.      Kedalaman air                                 :     1,5 – 2,0 m
c.      Debit                                              :     05-1 liter/detik
d.      Luas hapa                                       :     40-50 % luas kolam
e.      Ukuran Hapa                                   :     7x2x1 m3 sampai 5x5x1 m3, mata jaring 1,0 mm2
5.             Bak tembok
a.      Luas Bak                                        :     10– 50 m2
b.      Kedalaman air                                 :     1,0-1,5 m
c.      Debit                                              :     05-1,0 liter/detik
d.      Konstruk                                         :     Pasangan Bata atau beton
e.      Dimensi                                          :     Persegi panjang atau bulat
6.             Alat dan Bahan
6.1   Alat
a.    Hapa ukuran 1 x 1 x 1 m3 mata jaring 1 mm2 untuk saringan air masuk
b.    Hapa penampungan larva ukuran 2 x 2 x 1 m3, ukuran mata jaring 1 mm2
c.     Kantong jaring penampungan induk sementara
d.    Alat grading berdiameter lubang 2 mm atau berupa waring yang mempunyai ukuran mata jaring 4 mm2.
e.    Ember plastik, kapasitas 40 liter dan 10 liter
f.      Lambit berdiameter 30 cm
g.    Serok (Scoop-net), berukuran 20 x 30 cm, 10 x 20 cm, dan 5 x10 cm.
6.2. Bahan
a.      Induk Jantan    
b.      Induk Betina     
c.      Pakan               :           Pellet, protein 28-30%, dosis 2-3% per hari
d.      Kapur tohor       :           25-50 gram per m2
e.      Obat-obatan      :           Methylene blue 1 - 3 mg per liter; dan atau Garam dapur : 5 ppt
7.          Prosedur
7.1.  Pematangan Gonad
a.      Mengisi kolam yang telah dipersiapkan dengan air yang disaring menggunakan hapa saringan sampai penuh
b.      Menyeleksi dan menimbang bobot induk jantan dan betina
c.      Menebarkan induk jantan dan betina masing-masing pada wadah pematangan yang berbeda, dengan kepadatan 1-3 ekor per m2.
d.      Induk diangkut menggunakan wadah ember 40 liter atau kantong plastik packing ikan yang berisi 10 liter larutan Methylene blue atau 5 ppt garam dapur.
e.      Menghitung kebutuhan pakan induk berdasarkan bobot biomasa ikan
f.       Dosis pemberian pakan sebanyak 2-3% dari biomassa ikan per hari
g.      Lama pematangan gonad, 15-30 hari
h.      Frekuensi pemberian pakan 3 kali per hari
7.2. Pemilihan induk betina matang gonad
a.      Induk dipilih satu per satu yang matang gonad dengan mengamati keadaan perut, genital papila pada induk betina dan warna kepala bagian bawah pada induk jantan
    b.      Perut induk betina berisi telur ditandai dengan bentuk yang membesar di bagian ventral (“kembung”).  Induk betina yang tidak berisi telur bentuk perutnya “kempes”.
c.      enital papila betina yang matang gonad berwarna merah, posisinya tegak terhadap bagian ventral, dan bila diurut ke arah anus, dari lubang telur keluar telur berwarna kuning tua.
d.      Induk jantan siap pijah ditandai kepala bagian berwarna kemerah-merahan.
7.3. Pemijahan
a.      Mengisi kolam yang telah dipersiapkan dengan air yang disaring menggunakan hapa saringan sampai penuh
b.      Menebar induk betina ke dalam wadah pemijahan, 5-7 hari sebelum menebarkan induk jantan, untuk menormalkan kondisi induk dari stress akibat handling.
c.      Induk diangkut menggunakan wadah ember 40 liter atau kantong plastik packing ikan yang berisi 10 liter larutan Methylene blue atau 5 ppt garam dapur.
d.      Memasangkan induk jantan 5-7 hari setelah penebaran induk betina dalam wadah pemijahan dengan perbandingan 1:3, 100 jantan untuk setiap 300 betina, dengan kepadatan 1 ekor m2.
e.      Memberi pakan sebanyak 2% hingga induk siap untuk memijah.
f.       Mengamati kemunculan larva berenang di permukaan air kolam pemijahan setiap hari sejak hari ke 10 setelah pencampuran induk jantan dan betina
g.      Sex ratio = 1 induk Jantan : 3 Induk Betina
7.4. Panen larva
a.     Pemanenan dilakukan pada hari 12 dan atau 14 setelah pencampuran induk jantan dan betina di kolam pemijahan
b.      Menyiapkan peralatan seperti scoop net, lambit dan ember plastik
c.    Memungut larva dengan cara menyerok gerombolan larva kemudian dimasukan ke hapa penampungan sementara menggunakan ember plastik 10 liter
d.      Selama penampungan dalam ember dan pengangkutan larva menggunakan ember 10 liter.
e.      Memasukkan larva kedalam hapa penampungan sementara sebelum dimasukkan ke kolam pendederan
f.       Membersihkan larva hasil penyeseran dari kotoran dan larva yang mati
g.      Mensortir larva ukuran pencilan dengan alat grading
h.      Menghitung jumlah larva yang dipanen
 

B.            PENDEDERAN
1.              Wadah
a.      Kolam tanah
b.      Jaring apung
2.              Persyaratan Kolam
a.      Luas kolam minimal             :     500 m2
b.      Kedalaman air                     :     75 - 100 cm
c.      Konstruksi                           :     Kolam tanah atau tembok dan kedap air
d.      Debit air                              :     05 -1,0 liter per detik
3.              Persyaratan kualitas air
a.      Sumber air                          :     Bersih, tidak tercemar, bebas sampah dan ikan liar dan bila                                           perlu disaring.
b.      Oksigen terlarut                   :     3 – 5 mg per liter
c.      pH                                      :     6,5 – 8,5
d.      Suhu                                  :     24 – 30 oC
e.      Kecerahan keping sechi       :     20 – 40 cm (kolam), >50 cm (Danau/Waduk)
f.       Alkalinitas                           :     50 - 100 mg per liter CaCO3
g.      Ammonia                            :     < 0,01 mg per liter
h.      NO2-N                                :     < 0,001 mg per liter
i.       Nisbah N : P                       :     20 : 1


 4.              Persyaratan Kolam Keramba Apung
a.              Kerangka
·        Bahan                           :  Kayu, Bambu, Besi anti karat, atau bahan lainnya  yang ramah                                        lingkungan
·        Bentuk / Ukuran            :  Persegi panjang / 6 x 6 m2 atau 7 x 7 m2
b.              Pelampung
·        Bahan                           :  Plastik atau bahan lainnya yang ramah lingkungan
c.              Tali Jangkar
·        Bahan                           :  Polyetylena (PE)
d.              Jangkar
·        Bahan                           :  blok beton, batu / segi empat
e.              Jaring / waring atau hapa
·        Bahan                           :  Hapa / Waring Nylon atau polyetylene
·        Ukuran mata jaring        :  2 cm2 untuk waring dan 0,5 inchi untuk jaring
·        Warna                          :  hitam untuk waring / hapa dan hijau untuk jaring
·        Ukuran jaring                 :  waring 6 x 6 x 1,5 m3 atau 7 x 7 x 1,5 m3  dan  jaring 6 x 6 x 3 m3                                   atau 7 x 7 x 3 m3.
5.              Alat dan Bahan
5.1. Alat
a.      Saringan air berupa hapa ukuran 1 x 1 x 1 m3 mata jaring 1 mm2
b.      Penampungan benih berupa hapa hitam ukuran 2 x 2 x 1 m3
c.      Pengangkut benih berupa ember plastik, 20 liter
d.      Serok (Scoop-net), berukuran 20 x 30 cm.
e.      Anco (lift-net) ukuran luas minimal 1 m2, ukuran mata jaring 2 mm2
f.       Seser benih atau ayakan aluminium yang halus, diameter lobang 2 mm
g.      Timbangan dan penggaris
5.2. Bahan
a.      Induk ikan nila               :  Benih Nila Jatimbulan
b.      Pakan                           : Pellet, protein 30-45%, Feeding Rate 4-5% per hari
c.      Kapur tohor                   : 25-50 gram per m2
d.      Pupuk Organik              : 250 – 300 g/m2
e.      Pupuk Anorganik           : N = 600 g per liter dan P = 30 g per liter
f.       Obat-obatan                  : Methylene blue 1 - 3 mg per liter; dan atau Garam dapur : 5 ppt

6.              Prosedur pendederan di kolam
a.      Mempersiapkan kolam untuk pendederan dengan cara memperbaiki kondisi kolam (dasar dan pematang), pengapuran dan pemupukan dasar.
b.      Mengairi kolam yang telah diberi hapa penyaring ukuran 1 x 1 x 1m3 hingga ketinggian 70 - 100 cm.
c.      Menebarkan larva: 75 per m2 pada PI, 40 ekor  m2 pada PII, dan 20 ekor pada PIII
d.      Benih di kolam maksimal sampai ukuran 10 gram per ekor
e.      Memberikan pakan dengan dosis 30% bobot biomas per hari pada bulan pertama, selanjutnya menurun sesuai dengan ukuran ikan masing-masing 10% pada bulan kedua, 5% pada bulan ketiga.
f.       Selama proses pendederan I ketinggian air dipertahankan, penambahan air diperlukan bila surut akibat penguapan.  Selama Proses Pendederan II ketinggian air dipertahankan penambahan air diperlukan bila ada penguapan pada minggu pertama, kemudian debit air masuk dinaikkan sedikit demi sedikit sampai maksimal 0,5 liter per detik seiring bertambah besarnya ukuran ikan.
g.      Pemupukan susulan diberikan setiap minggu berupa pupuk organik
7.              Prosedur pendederan di jaring apung
a.      Mempersiapkan jaring dan atau waring dengan memperbaiki yang rusak
b.      Memasang jaring pada kerangka dengan kokoh, memasang pemberat jaring sehingga jaring terbuka sempurna
c.      Menebarkan benih yang sehat, kepadatan PII = 1000 ekor/m3 dan PIII = 500 ekor/m3
d.      Memberikan pakan dengan dosis PII = 10% per hari, PIII = 5%
e.      Selama proses pendederan dipantau kualitas air, setiap hari: suhu, oksigen, kecerahan dan pH.  Seminggu sekali: Alkalinitas, Ammoniak, dan Nitrit.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar