Senin, 11 Mei 2015

BUDIDAYA IKAN WADER DI UPT PBAT UMBULAN PASURUAN



I.               PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Produk akuakultur penting untuk pemenuhan sumber protein hewani. Ada sekitar 465 spesies organisme air dibudidayakan, namun keberhasilan dalam domestikasi hanya dicapai pada sejumlah kecil spesies, seperti halnya ikan mas (Cyprinus carpio), lele (Clarias gariepinus) dan  nila (Oreochromis niloticus) (Liao and Chao, 1983).
Indonesia memiliki banyak ikan endemik yang tidak kalah potensinya baik rasa maupun harganya tidak kalah dengan ikan-ikan yang bernilai ekonomis tinggi, diantaranya ikan gabus (Chana striata), ikan jelawat (Leptobarbus hoevenli), ikan sepat (Trichogaster pectoralis), ikan belida (Notopterus chitala), ikan uceng (Nemachilus fasciatus), ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan wader (Puntius binotatus), ikan seluang (Rasbora argyotaenia), ikan bilih (Mystacoleucus padangensis), dan sebagainya.
Ikan wader termasuk ikan endemik Indonesia yang perlu dilindungi dari penurunan populasinya akibat dari aktivitas manusia seperti pembukaan lahan dan pemenuhan kebutuhan manusia itu sendiri (kebutuhan akan protein hewani yang terjangkau harganya) dan ikan wader merupakan salah satu ikan edemik yang banyak disukai oleh masyarakat Indonesia selain harganya murah, rasanya pun sesuai dengan lidah masyarakat Indonesia. Pemenuhan kebutuhan ikan wader selama masih didapat dari alam liar. Seiring dengan meningkatnya pembangunan yang dapat menyebabkan berkurangnya air sungai atau danau yang bersih, maka keberadaan ikan wader  terancam keberadaannya, sehingga perlu adanya upaya untuk pembudidayaan.
Ikan wader selama ini dimanfaatkan untuk dikonsumsi lokal sebagai lauk pauk dalam rumah tangga, rumah makan atau dimanfaatkan oleh para pengolah ikan sebagai oleh-oleh makanan khas daerahnya masing-masing. Beberapa rumah makan, khususnya di daerah Jawa dan Kalimantan, banyak yang menjadikan ikan wader sebagai salah satu menu utamanya. Jenis ikan wader dipelihara sebagai ikan hias di negara-negara Eropa, karena memiliki warna keperakan yang indah. Beberapa jenis ikan wader yang lain memiliki warna kehijauan, merah dan kuning keperakan sehingga akan nampak lebih indah saat dipelihara di aquarium (Anonymous, 2010).
Ikan wader termasuk ikan “liar” dari perairan umum air tawar ini antara lain karena dinilai sebagai “organik” sehingga menaikkan harga jual, tetapi saat ini umumnya jenis-jenis ikan “liar” ini belum menjadi unggulan. Kendala untuk pengembangan pemasaran antara lain, data produksi dan sebarannya berikut musim atau waktu ketersediaan di masing-masing perairan masih sangat bervariasi keakuratannya
Informasi potensi dan peluang usaha wader masih sangat sedikit. Supriyadi menyatakan bahwa dari bisnis wader  mendapat omset 90 jt/bln . Harga wader goreng  200 gram dalam wadah plastik Rp 15.000,-. Menurut Budiharjo (2002), harga ikan wader per kilogramnya  lebih tinggi dari beberapa jenis ikan konsumsi. Permintaan pasar akan ikan wader cukup tinggi, namun pemenuhan konsumsi Ikan wader selama ini masih berasal dari tangkapan alam liar terutama pada musim hujan. Cara penangkapan ikan wader dengan berbagai macam cara, yaitu: jaring perangkap, pancing bahkan dengan menggunakan alat setrum dan potasium. Jika penangkapan ini dilakukan secara terus menerus, maka dapat mengancam kelestariannya serta mengganggu ekosistem perairan sehingga perlu dilakukan kajian tentang teknik budidaya (Anonymous, 2010).
Usaha budidaya yang dilakukan juga bertujuan untuk menghasilkan benih berkualitas, baik yang dapat dipasok secara kontinyu dan mudah dijangkau. Informasi tentang budidaya Ikan wader tentang proses pemijahan ikan wader wader tersebut belum ada. Tujuannya untuk menjaga kelestariannya juga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan wader.

1.2.      Tujuan
Visi dan misi dari UPT PBAT Umbulan adalah penyebaran teknologi. Oleh karena itu pembuatan brosur ini dimaksudkan sebagai upaya penyebaran informasi teknologi budidaya ikan wader dan menjaga kelestarian ikan wader.



II.              BIOLOGI IKAN WADER

2.1.         Klasifikasi ikan wader
Klasifikasi ikan wader (Puntius binotatus) menurut Roberts (1989) and Kottelat (1993) dalam Rahmawati (2006) adalah sebagai berikut :
      Kelas               : Pisces
      Sub Kelas       : Teleostei
      Ordo                : Cypriniformes
      Sub Ordo         : Cyprinoidea
      Famili              : Cyprinidea
      Genus             : Puntius
      Spesies           : Puntius binotatus

Nama umum     : Spotted barb’ dengan ciri khusus berupa bintik hitam pada pangkal ekor dan di bagian depan pangkal sirip punggung (Roberts, 1989).
Nama Lokal      : Benter, beunter, dan bunter (Bandung) :  sepadak, dan tanah (Sumatra Selatan); bada putia (Padang); pujan (Kalimantan Selatan); tewaring (Kalimantan Timur); bilak, klemar, dan wader cakul (Jawa Tengah) (Saanin, 1984).

2.2.         Morfologi ikan wader
Dalam Anonymous (2010) dijelaskan ciri fisik dari ikan wader cakul (wader bintik dua) adalah :
1.     Ukuran ikan ini kecil sampai sedang, yang sebagian besar didapat dengan panjang total 10 cm, namun beberapa ikan ini mampu mencapai panjang 17 cm
2.     Memiliki empat sungut kecil di ujung moncongnya
3.     Tubuhnya berwarna abu-abu kehijauan atau keperakan
4.     Memiliki dua buah tanda lingkaran kecil yang terdapat di pangkal sirip belakang dan di tengah batang ekor.
Ikan Wader betina

Ikan Wader Jantan

Saanin (1984) menguraikan bahwa ikan ini perutnya membundar, memiliki 2 pasang sungut, mulutnya dapat disembulkan, permulaan sirip punggung di depan permulaan sirip perut dan sirip perut jauh ke belakang, di muka dubur, rahang tidak bergigi. Sirip punggung ikan wader memiliki beberapa jari-jari lemah mengeras dengan bagian belakangnya bergerigi dan 7-9 jari-jari lemah; sirip duburnya memiliki beberapa jari-jari lemah mengeras dan 5 jari-jari lemah bercabang; jari-jari lemah mengeras paling belakang tidak bergerigi. Ikan ini memiliki ukuran kepala 3,3-4,5 kali lebar mata, dan tinggi batang ekornya sama dengan panjangnya dan 1/3-1/2 kepala. Ikan ini memiliki beberapa bercak hitam dan seluruh tubuhnya bersisik.

2.3.        Habitat dan Penyebaran
Ikan wader merupakan jenis-jenis ikan kecil dari suku (famili) Cyprinidae. Beberapa spesies ikan wader yang yang kita kenal adalah wader pari (lunjar padi), wader bintik dua, dan beberapa jenis lainnya yang biasa disebut dengan wader. Ikan ini biasa menempati danau dan sungai, bahkan selokan yang berair jernih. Ikan wader secara umum tersebar di Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Lombok dan Bali), Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Kamboja, Brunei Darusalam, hingga ke India dan sebagian China (Anonymous, 2010).
Wader bintik dua merupakan salah satu spesies wader yang dibeberapa daerah di Indonesia biasa disebut sebagai beunteur (Sunda), wader cakul atau wader (Jawa), puyan (Banjar), tanah atau sepadak (Bengkulu). Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai spotted barb atau common barb. Sedang dalam bahasa Malaysia disebut Bunter, Putih, Tebal Sisek. Dalam bahasa ilmiah (latin) dinamakan Puntius binotatus. Spesies wader bintik dua (Puntius binotatus). Ikan wader bintik dua biasa ditemukan bersama spesies wader lainnya daerah tropis mulai dari pantai hingga daerah berketinggian 2.000 meter diatas permukaan laut dengan kisaran pH 6 – 6.5 dan suhu perairan 240 – 260 C. Wader bintik dua menyukai air selokan dangkal, sungai bahkan danau yang berair jernih ( Robert, 1989 ).


III.           KEGIATAN BUDIDAYA IKAN WADER

3.1.        Seleksi Induk
Seleksi induk :
Ciri – ciri induk yang siap matang gonad:
Jantan :     1.   Badan lebih ramping
                  2.     Warna tubuh lebih cerah
                  3.     Bila distriping akan mengeluarkan sperma


 Ciri-ciri induk jantan
Betina :
1.     Badan lebih gemuk
2.     Warna tubuh tidak cerah
3.     Bila distriping akan mengeluarkan telur

Ciri – ciri induk Betina

  3.2.            Pemijahan
Pemijahan ikan wader dapat dilakukan di kolam maupun di aquarium. Namun harus dikondisikan sesuai dengan kondisi di alam dimana ikan wader dapat memijah secara alami di alam, yaitu harus ada aliran air selama proses pemijahan.
Seleksi Induk Wader 

Induk wader siap pijah

Persiapan pemijahan :
1.   Kolam dikeringkan terlebih dahulu
2.   Dialiri air hingga mencapai tinggi 30 cm .
3.   Kualitas air diukur meliputi suhu, pH, debit air
4.   Kemudian diberi substrat  untuk peletakan telur ikan wader
5.   Substrat yang dipergunakan adalah kakaban (ijuk). Ijuk diletakkan 5 cm di atas dasar kolam dengan kerapatan 40-50% dari luas keseluruan dasar.
6.   Setelah kolam pemijahan selesai dipersiapkan,induk hasil seleksi induk  betina dan jantan yang sudah matang gonad dimasukkan dalam kolam pemijahan dengan jantan betina 2 : 1 dan 1 : 1.
 
Kolam Pemijahan   

3.3.            Pendederan
Setelah ikan wader cakul diketahui telah memijah, induk yang ada dalam aquarium diambil. Setelah induk terambil semua, aquarium dialiri air supaya sisa sperma yang ada dalam aquarium hanyut. Hal ini bertujuan untuk menghindari tumbuhnya jamur. Setelah itu perkembangan telurnya diamati yang ada dalam kolam dan lamanya telur akan menetas diamati. Kualitas air meliputi suhu, pH, DO dan tinggi air diamati untuk mengetahui kondisi yang sesuai untuk penetasan telur ikan wader tersebut sampai telur menjadi larva.
Setelah menjadi larva, diamati apakah masih terdapat kantong telur. Apabila kuning telur sudah habis, larva diberi rebusan kuning telur yang dihaluskan, sebagai makanan awal. Dipilih kuning telur yang sudah dihaluskan ukurannya sesuai dengan bukaan mulut larva ikan wader cakul.


 Telur ikan wader


Larva ikan wader 


Benih umur 1 minggu, berukuran 0.3 – 0.5 cm.

3.4.         Pembesaran
Pembesaran dapat dilakukan di kolam setelah pendederan benih di kolam terkontrol selama kurang lebih 2 bulan, kemudian setelah menjadi benih, ikan wader dapat dibesarkan di kolam terbuka/ lebih luas. Pembesaran ikan wader sampai berukuran untuk konsumsi dilakukan selama 4 bulan dengan ukuran panen ikan wader berkisar antara 10-12 cm, dengan berat rata-rata 10 gram/ ekor.
 
Benih ikan wader 
Wader siap dipanen (umur 6 bulan)


IV.           PENGANGKUTAN BENIH

          Apapun teknik dan jenis pengangkutan, pengaruh keberhasilan kegiatan pengangkutan sangat besar terhadap kualitas ikan. Akhirnya, keberhasilan pengangkutan akan mempengaruhi harga jual produk.
Pengangkutan ikan wader hidup dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1.     Jenis ikan
Kebutuhan oksigen untuk setiap jenis ikan berbeda-beda.
2.     Suhu
Suhu air berpengaruh terhadap aktifitas di dalam tubuh ikan. Pengangkutan sebaiknya dilakukan pada kondisi suhu air yang lebih rendah dari suhu normal. Pengangkutan dalam sushu rendah akan mengurangi respirasi ikan, sehingga kandungan oksigen terlarut dalam air tetap tinggi. Suhu air yang tinggi akan mengurangi persediaan oksigen dalam air. Karena itu, pengangkutan sebaiknya dilakukan saat cuaca tidak panas, yakni pada pagi, sore atau malam hari.
3.     Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut dalam air sangat dibutuhkan oleh ikan selama proses pengangkutan. Oksigen terlarut ini dibutuhkan oleh ikan untuk bernafas. Jika jumlah oksigen terlarut di dalam air sudah habis ikan akan segera mati.
4.     Jumlah dan ukuran ikan
Jumlah dan ukuran ikan yang diangkut harus dipertimbangkan. Semakin kecil ukuran ikan, semakin banyak jumlah yang bisa diangkut (hal ini terkait dengan ketersediaan dan pemanfaatan ruang]. Begitu pula sebaliknya, jika untuk ukuran ikan besar, jumlah yang bisa diangkut lebih sedikit. Makin besar ukuran ikan makin besar pula kebutuhan oksigen untuk bernafas sehingga makin banyak membutuhkan oksigen.
5.     Ekskresi
Ekskresi adalah sisa-sisa metabolisme tubuh berupa kotoran yang dikeluarkan oleh ikan selama proses pengangkutan. Kotoran tersebut bersifat racun bagi ikan. Karena itu sebelum pengangkutan kotoran ikan harus dibuang terlebih dahulu. Caranya dengan dipuasakan atau diberok di air yang mengalir selama beberapa jam atau beberapa hari.
6.     Jarak dan Lama Pengangkutan
Jarak angkut harus diperhatikan karena berpengaruh terhadap lamanya pengangkutan. Semakin jauh jarak angkut, semakin lama proses pengangkutan berlangsung. Begitu pula sebaliknya, semakin dekat jarak angkut, waktu tempuhnya tidak terlalu lama. Pengangkutan jarak jauh dengan waktu angkut yang lama bisa membuat ikan stress. Hal ini dapat terjadi karena kadar oksigen dalam media pengangkutan menurun dan sebaliknya kadar karbondioksidanya meningkat akibat proses respirasi. Di samping itu kadar amoniak yang mengalami peningkatan sebagai akibat proses ekskresi atau pembuangan kotoran dan urin.
7.     Sistem dan Sarana Pengangkutan
Sarana angkut berupa kendaraan atau jalan. Perlu dipertimbangkan kemungkinan terjadinya kerusakan atau kemacetan selama perjalanan sehingga proses pengangkutan semakin lama. Pengangkutan ikan, baik yang masih benih maupun yang besar bisa dilakukan dengan dua cara, yakni pengangkutan secara terbuka dan tertutup. Untuk jarak dekat, system pengangkutan dilakukan secara terbuka dengan karamba yang dipikul. Sementara itu, untuk jarak jauh, pengangkutan menggunakan system tertutup dengan mobil. Wadah pengangkutan yang umum digunakan adalah kantung plastik. 
Pengangkutan Metode Tertutup
a. Pengepakan                                                                                    
·       Siapkan kantong plastik yang telah dipotong sesuai kebutuhan, rangkap dua.
·       Masukkan air pengangkutan yang telah diberi perlakuan secukupnya sesuai kebutuhan.
·       Timbang benih ikan sesuai kebutuhan.  
·       Atur kepadatan ikan sesuai dengan ukuran ikan, jarak dan lama pengangkutan.
·       Tambahkan oksigen murni kedalam kantong (setelah dibuang kotorannya) sebanyak 2 bagian air, ikat dengan karet gelang.
·       Masukkan dalam kardus / box “styrofoam” tambahkan es batu yang telah dibungkus plastik secukupnya.
·       Tutup kardus / box styrofoam dan pastikan kantong plastik benih tertata rapat. Bila masih longgar beri pengganjal yang aman, ikat dengan rekatan lak band.
·       Gunakan glangsi / sak bila perlu, untuk mencegah kebocoran dalam pengangkutan. Tumpuk secukupnya atau diberi pembatas agar tumpukan bagian bawah
·       Usahakan aman dan tambahkan es batu di sela-selanya.
·       Tata sesuai urutan packing atau beri nomor / tanda urutan agar benih packing pertama dapat ditebar pertama pula.
Tabel waktu pengangkutan
Ukuran ikan
6 jam
12 jam
24 jam
1 – 2 cm
1000 ekor/lt
500 ekor/lt
250 ekor/lt
2 – 3 cm
400 ekor/lt
200 ekor/lt
100 ekor/lt
3 – 5 cm
200 ekor/lt
100 ekor/lt
50 ekor/lt
5 – 7 cm
75 ekor/lt
30 ekor/lt
10 ekor/lt

       b. Re Packing / Pengepakan Ulang
Pengepakkan ulang dilakukan bila :
·       Kebocoran air / oksigen.
·       Tekanan oksigen berkurang.
·       Waktu pengangkutan melebihi batas.
·       Air keruh karena kotoran benih ikan.
·       Benih banyak yang mati.
·       Benih kelihatan kurang segar, gerakan lambat, lakukan penyegaran dengan pemberokan ulang sampai benih segar kembali. Lakukan dengan adaptasi secukupnya.
     c. Usaha Penyelamatan.
·       Untuk menambah diffusi O2 hidupkan mesin agar kendaraan bergetar atau goyang – goyang bungkusan benih tersebut.
·       Bila kendaraan berhenti lindungi dari panas matahari.
·       Mengurangi serangan jamur dengan merendam dalam air larutan tanah / lumpur 3 hari berturut – turut , ini terjadi bila pengangkutan lebih dari 6 jam, lendir berkurang, sisik terasa kasar. Setelah ikan tidak berjamur tebar ke tempat budidaya.


V.      PENUTUP
Budidaya ikan wader merupakan salah satu upaya pelestarian ikan-ikan liar yang berada di alam. Ikan wader termasuk ikan endemic Indonesia yang perlu dilindungi dari kepunahan. UPT PBAT Umbulan telah berhasil melaksanakan upaya domestikasi (pembudidayaan spesies ikan liar) yaitu ikan wader. Dimana ikan wader yang dikonsumsi selama ini masih didapatkan dari upaya penangkapan ikan di alam. Dengan keberhasilan ini diharapkan keberadaan ikan wader yang terancam kepunahannya dapat dihindari dan pemenuhan kebutuhan konsumsi ikan wader dapat terpenuhi.
Keberhasilan usaha domestikasi ikan wader ini diharapkan dapat menjadikan semangat bagi UPT PBAT Umbulan pada khususnya dan UPT di Propinsi Jawa Timur pada umumnya untuk melaksanakan usaha pelestarian ikan – ikan liar di sekitar kita.
Semoga buku budidaya ikan wader ini dapat dijadikan informasi untuk kegiatan budidaya ikan-ikan liar dan dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

                                                                                                Penulis  



DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.1998. Aquaculture Production Statistics. FAO. Rome. Diakases 10 Agustus 2012

Anonymous, 2010.Warta Pasar Ikan. Volume2 : 83. Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Budiharjo,A. 2002. Seleksi dan Potensi Budidaya Jenis-jenis Ikan Wader dari Genus Rasbora. UNS Surakarta.
__________. 2003. Pakan Tambahan Alternatif untuk Meningkatkan Pertumbuhan Ikan Wader (Rasbora argyrotaenia). Biosmart, 5 (1): 56-60.
Burton, M.P.M. 1999. Note on Potentian Error in Esimating Spawning Stock Biomass: Determining the Effect of Non-Participatory Adults for Some Grondfish Species. Journal Northw Atlantic Fish Science, 25: 205-213.
Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan De wi Sri. Bogor.

Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.

Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara: Yogyakarta.
Effendi, H. 2003. Telah Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Jurusan MSP. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.IPB. Bogor.

Fujaya,Y.2004. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta.Jakarta. hal 151

Haryono. 2006. Studi Morfometri Ikan Wader Goa (Puntius microph Gunther, 1868) yang Unik dan Dilindungi Undang-Undang. Berkala Penelitian Hayati, 12: 51-55.
Heriyanto, T. 2011. Fekunditas dan Diameter Telur. Diakses pada tanggal Juni 2012

Hutabarat, S. Dan S.M. Evans. 2006. Pengantar Oceanografi. UI Press. Jakarta

Irawan. 2009. Faktor-faktor penting dalam proses pembesaran ikan di Fasilitas Nursery dan Pembesaran.http://www.sith.ieb.ac.id. Diakses pada 28 September 2012.
Johnston, C.E. 1999. The Relationship of Spawning Mode to Conservation of North American Minnows (Cyprinidae). Enviromental Biology of Fishes, 55: 21-30.
Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller. 1962. Ichthyology. John Willey and Sons Inc. New York.

Liao.I.C.dan Chao,N.H.1983. Development of prawn culture and its related studies in Taiwan. In.Proceedins of Internatinal Cofference on warm water aquaculture,Rogers.G.L., Day.R and Lim ,A, Hawaii,9-11 Februari,pp 127-142.
Maskur. 2002. Pelestarian Pasma Nutfah Ikan-Ikan di Perairan Umum. Jurnal Aquakultur Indonesia, 1 (3): 134-144.
Nikolsky, G. V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press. New york. pp 325

Nontji,B.R. 1987. Fish Farming. Blackwell science ltd. USA Creasoft

Pattern, B.M.1992. Early Embriology of The Chick. Mc Graw Hill Publishing. New Delhi.

Rahmawati,I. 2006. Aspek Biologi Ikan Beunter Di bagian Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung, Jawa Barat. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Roberts, T. R. 1989. Puntius binotatus sp. http://www.fishbase.org.

Roberts, T. R. 1989. The Freswater Fishes of Western Borneo (Kalimantan Barat,Indonesia). California Academy of Sciences. San Fransisco.

Rustidja. 2004. Pemijahan Buatan Ikan-ikan daerah Tropis. Bahtera Press. Malang.

Rustidja,.Richter,J.J.C.1985. Pengantar Ilmu Reproduksi Ikan. LUW-UNIBRAW_FISH. Fisheries Project. Malang.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I. Bina Cipta. Bandung. 256 hal.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lambung Mangkurat. Jurnal Kualitas Air. 4 ( 1 ) : 29-35 hal.
Zonneveld. N., Huisman.E.A., Boon.J.H. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

16 komentar:

  1. Muantab. Dimana sya bisa dapat bibit untuk lokasi Bandung

    BalasHapus
  2. maju terus budidaya ikan lokal, mungkin perlu dipikirkan juga budidaya ikan lokal lainnya; udang, cethul, uceng, wader pari, wader kepek, wader cakul, kutuk (gabus), dll

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih pak.....
      kami terus berusaha untuk domestikasi ikan lainnya, dan untuk wader pari kami juga sudah menguasainya.

      Hapus
  3. gan, ane coba ikannya di stripis, tp gk keluar telor atau sperma,, gmana dong???

    BalasHapus
  4. Juooss lanjutkan inovasi yg tiada hentinya , Kita memang harus menguasai tekhnologi ikan native kita , Ditunggu hasil budidaya ikan native lainnya macam hampala , mahseer , baung serta ikan lainnya . Mantaaappp

    BalasHapus
  5. klo boleh tau dimana alamat UPT PBAT umbulan, saya ingin belajar tentang budidaya ikan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alamat UPT PBAT Umbulan :
      Desa Sidepan, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur.
      Telepon : 0811361101
      Fax : 0343 441998
      Email : uptpbat_umbulan@yahoo.co.id

      Hapus
  6. Apa di upt umbulan jual bibit wader??

    BalasHapus
  7. Apa di upt umbulan jual bibit wader??

    BalasHapus
  8. Klo boleh tanyaUPT PBAT Umbulan,menyediakan kursus atau pembinaan budidaya ikan wader,,soalnya sya tertaik banget ingin budidaya ikan wader,terimakasih..

    BalasHapus
  9. Klo boleh tanyaUPT PBAT Umbulan,menyediakan kursus atau pembinaan budidaya ikan wader,,soalnya sya tertaik banget ingin budidaya ikan wader,terimakasih..

    BalasHapus
  10. Ada nomor yg bisa dihubungi untuk pemesanan bibit wader

    BalasHapus
  11. Apa bisa pesen wader siap konsumsi? Saya mau jual di Yogyakarta. Mksh informasinya

    BalasHapus
  12. dimana saya bisa mendapatkan bibitnya??

    BalasHapus