Sabtu, 28 September 2019

Bank IKan LπŸ˜‰kal JAwa TIMur (BAIK LπŸ˜‰ JATIM…!!”)


BAIK LπŸ˜‰ JATIM…!!”
Oleh : JILA SULIASTINI, S.Pi, M.Agr


BAIK LπŸ˜‰ JATIM…!!” atau  Bank IKan  LπŸ˜‰kal  JAwa TIMur,  itulah inovasi yang kini digarap Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur. Inovasi BAIK LπŸ˜‰ JATIM…!!” ini asli lahir dari kepedulian salah satu UPT milik Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jatim yaitu UPT Laboratorium Keskanling terhadap kelestarian ikan lokal Jatim yang mulai terancam punah.
Kita ketahui bahwa keberadaan Ikan lokal di Jawa Timur pada saat ini mulai terancam punah. Banyak faktor penyebab berkurangnya populasi ikan lokal; antara lain eksploitasi sumber daya ikan di perairan umum sudah menunjukkan eksploitasi berlebih, penggunaan alat tangkap berbahaya (setrum, bom, racun ikan), pencemaran air dan kerusakan lingkungan. Sebagian besar ikan yang di impor atau ikan invansif untuk tujuan produksi sudah diterima sebagai ikan domestik di Indonesia, dan telah mendarah daging bagi pembudidaya ikan.  Namun perlu dicatat bahwa ikan asing tersebut secara lambat dan pasti, mengancam keanekaragaman hayati perairan, merusak estetika ekosistem,  merusak ekosistem, dan menggusur ikan-ikan asli/lokal Indonesia. Berikut contoh ikan invasif yang telah diterima keberadaannya di Indonesia antara lain nila, mas, lele dumbo, patin, bawal, sepat siat, mola dan udang putih.
 
Banyak ikan asli atau lokal yang sesungguhnya memiliki peran penting dalam produksi perikanan karena kedudukannya dalam rantai kehidupan. Untuk mencegah terjadinya kepunahan terhadap berbagai jenis ikan asli di Jawa Timur yang merupakan kekayaan plasma nutfah sebagai sumber kehidupan, maka perlu adanya upaya pelestarian dalam rangka menjaga keberadaannya secara berkelanjutan. Oleh karena itu pelestarian beragai jenis ikan asli atau lokal adalah sangat diperlukan demi untuk menjaga keberadaannya baik sekarang maupun yang akan datang sebagai sumber kehidupan.
Inovasi ini mempunyai tiga tujuan utama. Tujuan pertama, melestarikan ikan lokal terutama ikan lokal Jawa Timur yang keberadaannya di alam terancam punah melalui kegiatan inventarisasi, koleksi, domestikasi, stocking dan restocking. Risjani et al. (1998) menemukan 50 jenis ikan lokal di DAS (Daerah Aliran Sungai) Brantas Jawa Timur dari Family Cyprinidae, Gobiidae, dan Cluppeidae. Namun, berdasarkan Buku Sensus Ikan Biro Administrasi SDI Sekda Provinsi Jawa Timur pada tahun 2011-2012, hanya ditemukan 12 jenis ikan lokal. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan ikan lokal benar-benar terancam punah.
Tujuan kedua yaitu mengetahui teknologi budidaya ikan lokal yang belum diketahui  melalui teknik domestikasi, stocking secara massal dan restocking ke perairan umum sehingga sehingga dapat meningkatkan stok populasi ikan lokal di alam.
Tujuan ketiga, memberikan transfer knowledge melalui kegiatan sosialisasi, pendampingan teknis, monitoring dan evaluasi, menumbuhkembangkan kesadaran serta kepedulian masyarakat dalam upaya melestarikan dan menjaga plasma nutfah perairan dari kepunahan.
Inovasi ini dimulai sejak tahun 2012 hingga sekarang, telah berhasil inventarisasi sekaligus koleksi ikan lokal Jatim sebanyak 25 jenis, dengan status 14 jenis telah terdomestikasi. Stocking/produksi ikan lokal sebesar 10.820.000 ekor dan restocking ke alam sebesar 6.512.000 ekor. Inovasi ini juga berpengaruh terhadap peningkatan produksi perikanan tangkap perairan umum pada daerah restocking sebesar 105,18% (2017) dari tahun 2015 (BPS Prov. Jatim) serta menginisiasi terbentuknya 5 wilayah konservasi jenis ikan lokal Jatim yaitu Blitar, Malang, Kediri dan 2 lokasi Pasuruan.


Inovasi ini merupakan program akuakultur ramah lingkungan dan berkelanjutan, yang berhasil mendukung program Gubernur Jawa Timur, yang dituangkan dalam Nawa Bakthi Setya Butir 6 (Jatim Agro) dan 9 (Jatim Harmoni). Inisiatif ini berhasil mengatasi ancaman punahnya ikan lokal dan menjamin kesinambungan kelestarian plasma nutfah perairan umum, penangkapan maupun pembudidayaan ikan lokal. Keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan restocking ikan ke perairan umum berdampak menumbuhkembangkan kesadaran untuk menjaga kelestarian ikan lokal. Inisiatif ini melahirkan suatu tempat terpadu yang berada di UPT Laboratorium Keskanling sebagai pusat pengembangan ikan lokal Jawa Timur (pengkajian sifat biologi, genetik, reproduksi, penyakit, produksi benih skala laboratorium dan massal).
Inovasi ini juga selaras dengan tujuan 17 pembangunan berkelanjutan, yaitu tujuan ke-15 yang berkaitan dengan keberlanjutan kehidupan di daratan baik ekosistem di daratan maupun ekosistem air tawar di sekitar daratan. Salah satu target dari tujuan ke-15 adalah menghentikan kepunahan keanekaragaman hayati. Ikan lokal yang jumlahnya secara signifikan menurun dan hampir punah sebelum adanya inisiatif inipun berhasil direstorasi dan dilestarikan kembali berkat kerjasama antara pemerintah dan pemberdayaan masyarakat.