Rabu, 25 Mei 2016

DOMESTIKASI IKAN ENDEMIK LOKAL DI UPT PBAT UMBULAN


KAJIAN DOMESTIKASI IKAN ENDEMIK LOKAL
DI UPT PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR TAWAR UMBULAN
Oleh : Jila Suliastini, S.Pi

Dalam rangka upaya untuk menjaga perairan umum dan akibat semakin tingginya tingkat pemanfaatan sumberdaya alam dan makin besar perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan hidup yang mengakibatkan penurunan populasi ikan endemic di alam, maka UPT Pengembangan Budidaya Air Tawar Umbulan berupaya untuk melakukan upaya pelestarian ikan endemik melalui metode domestikasi.
Domestikasi merupakan pengadopsian tumbuhan dan hewan dari kehidupan liar ke dalam lingkungan kehidupan sehari-hari manusia. Dalam arti yang sederhana, domestikasi merupakan proses "penjinakan" yang dilakukan terhadap hewan liar. Perbedaannya, apabila penjinakan lebih pada individu, domestikasi melibatkan populasi, seperti seleksi, pemuliaan (perbaikan keturunan), serta perubahan perilaku/sifat dari organisme yang menjadi objeknya.
Domestikasi spesies adalah menjadikan spesies liar (wild species) menjadi spesies budidaya perairan. Domestikasi dan introduksi spesies baru bertujuan untuk menambah jumlah jenis (diversifikasi) komoditas budidaya perairan. Spesies yang dipilih untuk domestikasi dan introduksi tersebut memiliki potensi yang kuat sebagai kandidat komoditas budidaya perairan melalui pertimbangan biologi, ekonomi, dan pasar. Domestikasi ternak diperkirakan dilakukan dalam kaitan dengan kepastian penyediaan sumber pangan, sandang (kulit dan rambutnya dijadikan bahan pakaian), serta di kemudian hari sebagai komoditi perdagangan. Karena syarat-syarat itulah, kebanyakan domestikasi dilakukan pertama-tama untuk keperluan kesenangan semata sebagai hewan timangan (pet). Banyak jenis ikan dan reptilia masa kini mulai ditangkarkan untuk keperluan sebagai peliharaan, namun perilaku liarnya masih terbawa hingga sekarang. Domestikasi memerlukan puluhan generasi untuk mendapatkan galur-galur yang benar-benar adaptif dengan lingkungan buatan manusia. (https://id.wikipedia.org/wiki/Halaman_Utama)
Metode Domestikasi ikan adalah suatu langkah pemijahan pada suatu tempat untuk tujuan ekonomis, dengan menjaga pembenihannya, mengatur daerah dan suplai makanan. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain :
(a)  tiap individu dinilai dan dipelihara untuk tujuan tertentu;
(b)  pembenihan bergantung pada kontrol manusia;
(c)  kebiasaannya berbeda dengan induknya yang liar;
(d)  morfologi dan fisiologi berbeda dengan yang liar;
(e)  beberapa individu tidak dapat bertahan hidup tanpa bantuan manusia.
Pelestarian ikan endemic adalah upaya untuk menjaga keberadaan ikan asli sungai yang ada diperairan umum atau DAS dari kepunahan populasi. Ikan endemic adalah ikan yang asli dalam suatu perairan umum atau DAS bukan introduksi dari luar.

Tahapan domestikasi
Terdapat empat tahapan domestikasi spesies liar/ endemic lokal, yaitu :
1.     Koleksi ikan endemic local yang hampir punah
Dengan cara mencari Ikan endemic local dan menginvetarisasi jenis-jenis ikan endemic local.
Mengkoleksi Induk atau calon induk ikan endemic local yang dilaksanakan di UPT PBAT Umbulan :

·       Ikan Wader                       : Tahun 2010 – 2014
·       Ikan Sengkaring                : Tahun 2011
·       Ikan Bader Merah             : Tahun 2014
·       Ikan Papar/ Belida, uceng, baung, lempuk air tawar    : Tahun 2015
2.     Mempertahankan agar bisa tetap hidup (survive) dalam lingkungan budidaya perairan (wadah terbatas, lingkungan artificial dan terkontrol),
Dengan cara merekayasa lingkungan wadah pemeliharaan sehingga memiliki kualitas air yg bisa diterima oleh spesies liar yg akan didomestikasi;
3.     Menjaga agar tetap bisa tumbuh,
Dengan cara merekayasa pakan sehingga secara kuantitatif dan kualitatif bisa mendukung pertumbuhan somatis
4.     Mengupayakan agar bisa berkembang biak dalam lingkungan budidaya perairan
Dengan cara merekayasa pakan utk mendorong terjadinya pertumbuhan generatif  serta merekayasa lingkungan dan hormonal yg berpengaruh terhadap proses vitelogenesis dan proses ovulasi.

Berikut Foto – foto kegiatan domestikasi yang dilaksanakan di UPT Pengembangan Budidaya Air Tawar Umbulan :

  

 

Pencarian ikan endemik di sumber mata air Umbulan









 Pencarian ikan endemic local di daerah sekitar sungai Brantas di desa Wringin Anom Kabupaten Gresik.

                                                     Ikan Sengkaring
                                                    Ikan Papar/ Belida


                                      Ikan Bader Merah dan Bader Putih

 Jenis – jenis ikan endemic local yang sudah berhasil dan dalam proses domestikasi di UPT Pengembangan Budidaya Air Tawar Umbulan antara lain :
Domestikasi yang sudah berhasil  :
  1. Ikan Wader  Cakul ( Puntius binotatus)
  2. Ikan Wader Pari ( Rasbora argyrotaenia)
  3. Ikan Bader Merah (Barbodes balleroides)
Domestikasi yang sedang berjalan :
  1. Ikan Sengkaring
  2. Ikan Papar / Belida
  3. Ikan Lempuk air tawar
  4. Ikan Uceng
Dengan keberhasilan domestikasi ikan-ikan local yang dilaksanakan oleh UPT PBAT Umbulan ini diharapkan ikan endemic local dapat terjaga kelestariannya dan terhindar dari kepunahan.

PRODUKSI INDUK NILA BETINA XY DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUK IKAN NILA



I.        PENDAHULUAN
Oleh : Jila Suliastini, S.Pi


1.1.             Latar Belakang
Potensi ikan nila sebagai ikan budidaya cukup besar, karena ikan nila mudah bereproduksi, tumbuh relatif cepat, mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi, dapat dipelihara dengan kepadatan yang tinggi dan toleran terhadap kualitas air yang luas kisarannya. Agar usaha budidaya ikan nila memberikan hasil yang maksimal maka peningkatan teknologi budidaya harus diikuti dengan usaha perbaikan manajemen untuk pembentukan induk unggul yang dapat meningkatkan produktivitas benih dan menghasilkan benih yang unggul pula.
Untuk mendapatkan benih yang bermutu sulit diperoleh baik secara kualitas maupun kuantitas. Kelemahan ini dapat disebabkan karena pengelolaan induk yang kurang baik dan fekunditas induk ikan nila yang memang rendah. Keberhasilan produksi dalam kualitas dan kuantitas benih maupun induk akan bergantung kepada peranan para pengelola Balai pemerintahan atau petani pembenih ikan, oleh karena itu pengetahuan tentang manajemen induk dalam pembenihan ikan sangat diperlukan oleh para pengelola pembenihan.
Penggunaan hormon 17 β Estradiol dapat meningkatkan produksi benih ikan nila yang akan dijadikan sebagai calon induk yang produktif sehingga nantinya dapat menghasilkan induk-induk betina fungsional. Induk-induk betina fungsional adalah induk betina yang dapat memproduksi benih yang berkualitas dan berkuantitas tinggi.
Induk hasil penggunaan hormon 17 β Estradiol dapat meningkatkan produksi reproduksi, hal ini terlihat jelas pada prosentase induk memijah yang meningkat hasilnya bila dibandingkan dengan induk normal dengan demikian peningkatan mutu dan produksi dapat ditingkatkan melalui penggunaan hormon 17 β Estradiol. Namun kendala yang dihadapi adalah masih sulitnya mengidentifikasi benih hasil penggunaan hormon 17 β Estradiol, karena penampilan secara morfologi hasil penggunaan hormone tidak menunjukkan sifat-sifat yang jelas.

1.2.             Masalah
Masalah yang sering dijumpai pada petani yaitu kemunduran mutu benih dan jumlah benih yang dihasilkan rendah. Salah satu penyebabnya yaitu penggunaan induk yang kurang bermutu dan tidak layak pakai. Oleh karena itu perlu adanya peremajaan induk yang mempunyai sifat unggul yaitu dapat menghasilkan benih yang pertumbuhannya tinggi, SR tinggi serta tahan terhadap penyakit.
Sex Reversal  merupakan usaha meningkatkan populasi ikan menjadi jantan/betina, dengan mengubah gonad benih yang belum terdeferensiasi. Salah satu cara untuk memperoleh populasi tunggal kelamin betina adalah pemberian hormon 17 β Estradiol. Pemberian hormon 17 β Estradiol dapat dilakukan dengan metode perendaman (dipping) dan oral pakan (pemberian hormone melalui pakan).
Berdasarkan hasil penelitian ikan hasil perlakuan perubahan kelamin jantan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan perubahan kelamin betina. Penelitian perubahan kelamin menjadi betina mengarah pada pembuatan induk betina dan belum menuju pada keproduktivitasnya. Melihat hal tersebut UPT PBAT Umbulan – Pasuruan berinisiatif untuk melakukan serangkaian uji lapang mengenai produktivitas induk ikan nila hasil perlakuan hormon estradiol dan keunggulan benih yang dhasilkan.

1.3.             Tujuan
-       Mengetahui persentase ikan jantan dan betina hasil perlakuan hormon estradiol.
-       Memenuhi kebutuhan stok induk berkualitas dan berproduktivitas tinggi.

1.4.             Kegunaan
-       Menghasilkan induk-induk baru yang berkualitas dan ber produktivitas tinggi bagi UPT PBAT Umbulan sendiri maupun BBI Lokal dan UPR.
-       Meningkatkan produksi benih ikan nila.
-       Memenuhi kebutuhan pasar benih ikan nila.


II.      MATERI DAN METODE


2.          Materi
            Materi penelitian ini meliputi bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan dalam kegiatan penggunaan hormon 17 β Estradiol.

2.1.1   Peralatan
-       Wadah percobaan    : - Bak perlakuan
                                      - Kolam pendederan
                                      - Kolam pemijahan
-       Timbangan analitik
-       Seser larva
-       Alat Kualitas Air
-       Freezer
-       Mikroskop
-       Sectio Set
-       Objek glass dan cover glass

2.1.2.          Bahan
-        Induk ikan Nila Uji
-        Hormon 17 β Estradiol
-        Alkohol 96%
-        Serbuk Carmin
-        Pakan Pellet
-        Pakan pellet halus
-        Benih ikan nila uji

2.1.             Prosedur Kerja
1.       Menyiapkan induk nila, alat dan bahan percobaan
-       Menyiapkan induk jantan dan betina
-       Memijahkan induk nila
-       Pengambilan larva ikan nila/ penyeseran
-       Pemilihan larva yang digunakan sehat dan aktif bergerak.
2.        Perlakuan pakan berhormon estradiol
-       Pakan pellet halus ditaruh di atas plastic dan diratakan.
-       Menyiapkan hormone 17 β Estradiol sebanyak 100 ppm yang dilarutkan dalam alcohol 96 % sebanyak 100 ml lalu disemprotkan pada pakan secara merata.
-       Pakan diangin-anginkan selama 30 menit – 1 jam agar alcohol menguap
-       Sisa pakan berhormon disimpan dalam almari pendingin
-       Pemberian pakan berestradiol pada benih selama 40 hari dengan frekuensi pemberian 3 x sehari.
3.       Pendederan
-       Benih hasil perlakuan ditebar di kolam pendederan dengan frekuensi pemberian pakan 3 x sehari.
4.       Pengamatan hasil perlakuan
-       Dihitung prosentasi perubahan kelamin jantan dan betina :
a.       Secara Manual / mengamati alat kelamin sekunder
      Ikan betina terdapat tiga lubang urogenital dan ikan jantan hanya terdapat dua lubang urogenital dan jika distripping keluar/ memancarkan cairan sedangkan ikan intersex biasanya alat kelamin sekundernya berkembang kurang jelas baik jantan maupun betina.
b.       Pengamatan gonad
-       membuat larutan asetocarmin
-       membedah ikan nila uji, dengan cara menggunting bagian perut ikan mulai dari operculum hingga anus.
-       Mengambil jaringan gonad ikan kemudian diletakkan di atas objek glass.
-       Menetesi gonad dengan larutan asetocarmin sebanyak 1-2 tetes.
-       Dibiarkan selama 5-10 menit agar larutan asetocarmin meresap dalam jaringan gonad.
-       Menutup gonad dengan cover glass.
-       Mengamati di bawah mikroskop.
-       Menentukan jenis gonad atau kelamin ikan uji
- Mencatat prosentase betina, jantan dan intersex untuk menentukan keberhasilannya.
5.       Pembesaran
-       Ikan nila dipelihara pada kolam pembesaran dengan frekuensi pemberian pakan 3 x sehari.


                               3.          ANALISIS DATA

3.1. Parameter Uji
Analisis data dilakukan secara komparasi dan deskriptif. Analisis secara komparasi untuk mengetahui faktor-faktor keberhasilan dan kemungkinan penyebabnya penyebabnya kegagalan dalam memperoleh data (hasil) yang diinginkan. Analisis deskriptif tidak hanya terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi juga analisis dan pembahasan data-data tersebut. Data hasil pengamatan penggunaan hormon 17 β Estradiol yang diambil antara lain :
  1. Prosentase betina, jantan dan intersex
-       Prosentase betina B (%)       = (Jumlah ikan betina / jumlah total ikan ) x 100%
-       Prosentase jantan J (%)        = (Jumlah ikan jantan /jumlah total ikan ) x 100%
-       Prosentase intersex H (%)    = ( Jumlah ikan intersex / jumlah total ikan ) x 100%
 
4.          HASIL KEGIATAN

Pembuatan betina XY dilakukan di Laboratorium Basah UPT PBAT Umbulan Pasuruan. Berikut hasil kegiatan produksi betina XY :

1.             Perlakuan Pakan Berhormon
            Perlakuan pakan berhormon :
            - Jumlah larva                = 5.000 ekor
            - Tempat                       = Aquarium, kapasitas 500-750 ekor/ aquarium
            - Pemberian pakan         = 28 hari
            Hasil :
            Kelulushidupan              = 73 % ( 3.650 ekor)
            Ukuran                          = 1-2 cm : 14.8 % (541 ekor)
                                                   2-3 cm : 85.2 % (3.109 ekor)
2.             Pendederan
Pendederan dilaksanakan di kolam tanah ukuran 300 m2. Pada masa pendederan dilakukan uji gonad untuk mengetahui hasil dari pemberian hormon 17 β Estradiol.
            
Hasil Uji Gonad
            Jumlah sample  : 100 ekor
            Ukuran sample : 3-5 / 5-7 cm
      Prosentase betina, jantan dan intersex
-       Prosentase betina B (%)    = 85/100 x 100 %
                                                = 85 %
-       Prosentase jantan J (%)     = 9/100 x 100 %
                                                = 9 %
          -       Prosentase intersex H (%)  = 6/100 x 100 %
                                                            = 6 %   

 Gambar hasil preparasi  gonad:

Betina
Jantan
Intersex


Hasil Pendederan            :
Jumlah benih Tebar           : 3.500 ekor
Kelulushidupan                 : 80% (2.800 ekor)
         Berat panen                      : 15 - 38 gram/ekor
         Komposisi panen              : Kurang dari 10 gram : 0-33 %
                                                   10-20 gram               : 26-31 %
                                                   Lebih dari 20 gram      : 41-70 %
         Nilai ubah pakan (FCR)     : 1.2 – 1.4

2.             Kegiatan Pembesaran
Jumlah benih Tebar           : 2.800 ekor
Kelulushidupan                 : 70% (1.960 ekor)
         Berat panen                      : 150 - 300 gram/ekor
         Komposisi panen              : Kurang dari 150 gram : 0-22 %
                                                   150-250 gram             : 20-30 %
                                                   Lebih dari 250 gram   : 60-78 %
         Nilai ubah pakan (FCR)     : 1.1 – 1.2
Jumlah induk betina          = 1.400 ekor

V. KESIMPULAN

Produksi betina XY dengan menggunakan hormon 17 β Estradiol dapat meningkatkan produksi benih ikan nila yang akan dijadikan sebagai calon induk yang produktif sehingga nantinya dapat menghasilkan induk-induk betina fungsional. Induk-induk betina fungsional adalah induk betina yang dapat memproduksi benih yang berkualitas dan berkuantitas tinggi. Berdasarkan hasil perlakuan menunjukkan bahwa penggunaan hormon 17 β Estradiol dapat meningkatkan prosentase keberhasilan ikan nila menjadi betina sebesar 85 %.