Rabu, 25 Mei 2016

PRODUKSI INDUK NILA BETINA XY DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUK IKAN NILA



I.        PENDAHULUAN
Oleh : Jila Suliastini, S.Pi


1.1.             Latar Belakang
Potensi ikan nila sebagai ikan budidaya cukup besar, karena ikan nila mudah bereproduksi, tumbuh relatif cepat, mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi, dapat dipelihara dengan kepadatan yang tinggi dan toleran terhadap kualitas air yang luas kisarannya. Agar usaha budidaya ikan nila memberikan hasil yang maksimal maka peningkatan teknologi budidaya harus diikuti dengan usaha perbaikan manajemen untuk pembentukan induk unggul yang dapat meningkatkan produktivitas benih dan menghasilkan benih yang unggul pula.
Untuk mendapatkan benih yang bermutu sulit diperoleh baik secara kualitas maupun kuantitas. Kelemahan ini dapat disebabkan karena pengelolaan induk yang kurang baik dan fekunditas induk ikan nila yang memang rendah. Keberhasilan produksi dalam kualitas dan kuantitas benih maupun induk akan bergantung kepada peranan para pengelola Balai pemerintahan atau petani pembenih ikan, oleh karena itu pengetahuan tentang manajemen induk dalam pembenihan ikan sangat diperlukan oleh para pengelola pembenihan.
Penggunaan hormon 17 β Estradiol dapat meningkatkan produksi benih ikan nila yang akan dijadikan sebagai calon induk yang produktif sehingga nantinya dapat menghasilkan induk-induk betina fungsional. Induk-induk betina fungsional adalah induk betina yang dapat memproduksi benih yang berkualitas dan berkuantitas tinggi.
Induk hasil penggunaan hormon 17 β Estradiol dapat meningkatkan produksi reproduksi, hal ini terlihat jelas pada prosentase induk memijah yang meningkat hasilnya bila dibandingkan dengan induk normal dengan demikian peningkatan mutu dan produksi dapat ditingkatkan melalui penggunaan hormon 17 β Estradiol. Namun kendala yang dihadapi adalah masih sulitnya mengidentifikasi benih hasil penggunaan hormon 17 β Estradiol, karena penampilan secara morfologi hasil penggunaan hormone tidak menunjukkan sifat-sifat yang jelas.

1.2.             Masalah
Masalah yang sering dijumpai pada petani yaitu kemunduran mutu benih dan jumlah benih yang dihasilkan rendah. Salah satu penyebabnya yaitu penggunaan induk yang kurang bermutu dan tidak layak pakai. Oleh karena itu perlu adanya peremajaan induk yang mempunyai sifat unggul yaitu dapat menghasilkan benih yang pertumbuhannya tinggi, SR tinggi serta tahan terhadap penyakit.
Sex Reversal  merupakan usaha meningkatkan populasi ikan menjadi jantan/betina, dengan mengubah gonad benih yang belum terdeferensiasi. Salah satu cara untuk memperoleh populasi tunggal kelamin betina adalah pemberian hormon 17 β Estradiol. Pemberian hormon 17 β Estradiol dapat dilakukan dengan metode perendaman (dipping) dan oral pakan (pemberian hormone melalui pakan).
Berdasarkan hasil penelitian ikan hasil perlakuan perubahan kelamin jantan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan perubahan kelamin betina. Penelitian perubahan kelamin menjadi betina mengarah pada pembuatan induk betina dan belum menuju pada keproduktivitasnya. Melihat hal tersebut UPT PBAT Umbulan – Pasuruan berinisiatif untuk melakukan serangkaian uji lapang mengenai produktivitas induk ikan nila hasil perlakuan hormon estradiol dan keunggulan benih yang dhasilkan.

1.3.             Tujuan
-       Mengetahui persentase ikan jantan dan betina hasil perlakuan hormon estradiol.
-       Memenuhi kebutuhan stok induk berkualitas dan berproduktivitas tinggi.

1.4.             Kegunaan
-       Menghasilkan induk-induk baru yang berkualitas dan ber produktivitas tinggi bagi UPT PBAT Umbulan sendiri maupun BBI Lokal dan UPR.
-       Meningkatkan produksi benih ikan nila.
-       Memenuhi kebutuhan pasar benih ikan nila.


II.      MATERI DAN METODE


2.          Materi
            Materi penelitian ini meliputi bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan dalam kegiatan penggunaan hormon 17 β Estradiol.

2.1.1   Peralatan
-       Wadah percobaan    : - Bak perlakuan
                                      - Kolam pendederan
                                      - Kolam pemijahan
-       Timbangan analitik
-       Seser larva
-       Alat Kualitas Air
-       Freezer
-       Mikroskop
-       Sectio Set
-       Objek glass dan cover glass

2.1.2.          Bahan
-        Induk ikan Nila Uji
-        Hormon 17 β Estradiol
-        Alkohol 96%
-        Serbuk Carmin
-        Pakan Pellet
-        Pakan pellet halus
-        Benih ikan nila uji

2.1.             Prosedur Kerja
1.       Menyiapkan induk nila, alat dan bahan percobaan
-       Menyiapkan induk jantan dan betina
-       Memijahkan induk nila
-       Pengambilan larva ikan nila/ penyeseran
-       Pemilihan larva yang digunakan sehat dan aktif bergerak.
2.        Perlakuan pakan berhormon estradiol
-       Pakan pellet halus ditaruh di atas plastic dan diratakan.
-       Menyiapkan hormone 17 β Estradiol sebanyak 100 ppm yang dilarutkan dalam alcohol 96 % sebanyak 100 ml lalu disemprotkan pada pakan secara merata.
-       Pakan diangin-anginkan selama 30 menit – 1 jam agar alcohol menguap
-       Sisa pakan berhormon disimpan dalam almari pendingin
-       Pemberian pakan berestradiol pada benih selama 40 hari dengan frekuensi pemberian 3 x sehari.
3.       Pendederan
-       Benih hasil perlakuan ditebar di kolam pendederan dengan frekuensi pemberian pakan 3 x sehari.
4.       Pengamatan hasil perlakuan
-       Dihitung prosentasi perubahan kelamin jantan dan betina :
a.       Secara Manual / mengamati alat kelamin sekunder
      Ikan betina terdapat tiga lubang urogenital dan ikan jantan hanya terdapat dua lubang urogenital dan jika distripping keluar/ memancarkan cairan sedangkan ikan intersex biasanya alat kelamin sekundernya berkembang kurang jelas baik jantan maupun betina.
b.       Pengamatan gonad
-       membuat larutan asetocarmin
-       membedah ikan nila uji, dengan cara menggunting bagian perut ikan mulai dari operculum hingga anus.
-       Mengambil jaringan gonad ikan kemudian diletakkan di atas objek glass.
-       Menetesi gonad dengan larutan asetocarmin sebanyak 1-2 tetes.
-       Dibiarkan selama 5-10 menit agar larutan asetocarmin meresap dalam jaringan gonad.
-       Menutup gonad dengan cover glass.
-       Mengamati di bawah mikroskop.
-       Menentukan jenis gonad atau kelamin ikan uji
- Mencatat prosentase betina, jantan dan intersex untuk menentukan keberhasilannya.
5.       Pembesaran
-       Ikan nila dipelihara pada kolam pembesaran dengan frekuensi pemberian pakan 3 x sehari.


                               3.          ANALISIS DATA

3.1. Parameter Uji
Analisis data dilakukan secara komparasi dan deskriptif. Analisis secara komparasi untuk mengetahui faktor-faktor keberhasilan dan kemungkinan penyebabnya penyebabnya kegagalan dalam memperoleh data (hasil) yang diinginkan. Analisis deskriptif tidak hanya terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi juga analisis dan pembahasan data-data tersebut. Data hasil pengamatan penggunaan hormon 17 β Estradiol yang diambil antara lain :
  1. Prosentase betina, jantan dan intersex
-       Prosentase betina B (%)       = (Jumlah ikan betina / jumlah total ikan ) x 100%
-       Prosentase jantan J (%)        = (Jumlah ikan jantan /jumlah total ikan ) x 100%
-       Prosentase intersex H (%)    = ( Jumlah ikan intersex / jumlah total ikan ) x 100%
 
4.          HASIL KEGIATAN

Pembuatan betina XY dilakukan di Laboratorium Basah UPT PBAT Umbulan Pasuruan. Berikut hasil kegiatan produksi betina XY :

1.             Perlakuan Pakan Berhormon
            Perlakuan pakan berhormon :
            - Jumlah larva                = 5.000 ekor
            - Tempat                       = Aquarium, kapasitas 500-750 ekor/ aquarium
            - Pemberian pakan         = 28 hari
            Hasil :
            Kelulushidupan              = 73 % ( 3.650 ekor)
            Ukuran                          = 1-2 cm : 14.8 % (541 ekor)
                                                   2-3 cm : 85.2 % (3.109 ekor)
2.             Pendederan
Pendederan dilaksanakan di kolam tanah ukuran 300 m2. Pada masa pendederan dilakukan uji gonad untuk mengetahui hasil dari pemberian hormon 17 β Estradiol.
            
Hasil Uji Gonad
            Jumlah sample  : 100 ekor
            Ukuran sample : 3-5 / 5-7 cm
      Prosentase betina, jantan dan intersex
-       Prosentase betina B (%)    = 85/100 x 100 %
                                                = 85 %
-       Prosentase jantan J (%)     = 9/100 x 100 %
                                                = 9 %
          -       Prosentase intersex H (%)  = 6/100 x 100 %
                                                            = 6 %   

 Gambar hasil preparasi  gonad:

Betina
Jantan
Intersex


Hasil Pendederan            :
Jumlah benih Tebar           : 3.500 ekor
Kelulushidupan                 : 80% (2.800 ekor)
         Berat panen                      : 15 - 38 gram/ekor
         Komposisi panen              : Kurang dari 10 gram : 0-33 %
                                                   10-20 gram               : 26-31 %
                                                   Lebih dari 20 gram      : 41-70 %
         Nilai ubah pakan (FCR)     : 1.2 – 1.4

2.             Kegiatan Pembesaran
Jumlah benih Tebar           : 2.800 ekor
Kelulushidupan                 : 70% (1.960 ekor)
         Berat panen                      : 150 - 300 gram/ekor
         Komposisi panen              : Kurang dari 150 gram : 0-22 %
                                                   150-250 gram             : 20-30 %
                                                   Lebih dari 250 gram   : 60-78 %
         Nilai ubah pakan (FCR)     : 1.1 – 1.2
Jumlah induk betina          = 1.400 ekor

V. KESIMPULAN

Produksi betina XY dengan menggunakan hormon 17 β Estradiol dapat meningkatkan produksi benih ikan nila yang akan dijadikan sebagai calon induk yang produktif sehingga nantinya dapat menghasilkan induk-induk betina fungsional. Induk-induk betina fungsional adalah induk betina yang dapat memproduksi benih yang berkualitas dan berkuantitas tinggi. Berdasarkan hasil perlakuan menunjukkan bahwa penggunaan hormon 17 β Estradiol dapat meningkatkan prosentase keberhasilan ikan nila menjadi betina sebesar 85 %.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar