I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Produk akuakultur penting untuk pemenuhan sumber protein
hewani. Ada sekitar 465 spesies organisme air dibudidayakan,
namun keberhasilan dalam domestikasi
hanya dicapai pada sejumlah kecil spesies, seperti halnya
ikan mas (Cyprinus carpio), lele (Clarias gariepinus) dan nila (Oreochromis niloticus) (Liao
and Chao, 1983).
Indonesia memiliki banyak ikan
endemik yang tidak kalah potensinya baik rasa maupun harganya tidak kalah
dengan ikan-ikan yang bernilai ekonomis tinggi, diantaranya ikan gabus (Chana striata), ikan jelawat (Leptobarbus hoevenli), ikan sepat (Trichogaster pectoralis), ikan belida (Notopterus chitala), ikan uceng (Nemachilus fasciatus), ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan wader (Puntius binotatus), ikan seluang (Rasbora argyotaenia), ikan bilih (Mystacoleucus padangensis), dan
sebagainya.
Ikan wader termasuk ikan endemik
Indonesia yang perlu dilindungi dari penurunan populasinya akibat dari
aktivitas manusia seperti pembukaan lahan dan pemenuhan kebutuhan manusia itu
sendiri (kebutuhan akan protein hewani yang terjangkau harganya) dan ikan wader
merupakan salah satu ikan edemik yang banyak disukai oleh masyarakat Indonesia
selain harganya murah, rasanya pun sesuai dengan lidah masyarakat Indonesia. Pemenuhan kebutuhan
ikan wader selama masih didapat dari alam liar. Seiring dengan meningkatnya
pembangunan yang dapat menyebabkan berkurangnya air sungai atau danau yang
bersih, maka keberadaan ikan wader terancam keberadaannya, sehingga perlu adanya
upaya untuk pembudidayaan.
Ikan wader selama ini
dimanfaatkan untuk dikonsumsi lokal sebagai lauk pauk dalam rumah tangga, rumah
makan atau dimanfaatkan oleh para pengolah ikan sebagai oleh-oleh makanan khas
daerahnya masing-masing. Beberapa rumah makan, khususnya di daerah Jawa dan
Kalimantan, banyak yang menjadikan ikan wader sebagai salah satu menu utamanya.
Jenis ikan wader dipelihara sebagai ikan hias di negara-negara Eropa, karena
memiliki warna keperakan yang indah. Beberapa jenis ikan wader yang lain
memiliki warna kehijauan, merah dan kuning keperakan sehingga akan nampak lebih
indah saat dipelihara di aquarium (Anonymous, 2010).
Ikan wader termasuk ikan “liar”
dari perairan umum air tawar ini antara lain karena dinilai sebagai “organik”
sehingga menaikkan harga jual, tetapi saat ini umumnya jenis-jenis ikan “liar”
ini belum menjadi unggulan. Kendala untuk pengembangan pemasaran antara lain,
data produksi dan sebarannya berikut musim atau waktu ketersediaan di
masing-masing perairan masih sangat bervariasi keakuratannya
Informasi potensi dan peluang usaha wader masih sangat
sedikit. Supriyadi menyatakan bahwa dari bisnis wader mendapat omset 90 jt/bln . Harga wader
goreng 200 gram dalam wadah plastik Rp
15.000,-. Menurut Budiharjo (2002), harga
ikan wader per kilogramnya lebih tinggi
dari beberapa jenis ikan konsumsi. Permintaan pasar akan ikan wader cukup
tinggi, namun pemenuhan
konsumsi Ikan wader selama ini masih berasal dari tangkapan alam liar terutama
pada musim hujan. Cara penangkapan ikan wader dengan berbagai macam cara,
yaitu: jaring perangkap, pancing bahkan dengan menggunakan alat setrum dan
potasium. Jika penangkapan ini dilakukan secara terus menerus, maka dapat
mengancam kelestariannya serta mengganggu ekosistem perairan
sehingga perlu dilakukan kajian tentang teknik budidaya (Anonymous, 2010).
Usaha budidaya yang dilakukan juga bertujuan untuk
menghasilkan benih berkualitas, baik yang dapat dipasok secara kontinyu dan
mudah dijangkau.
Informasi tentang budidaya Ikan wader tentang proses pemijahan ikan wader wader tersebut belum
ada. Tujuannya untuk menjaga kelestariannya juga untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi ikan wader.
1.2. Tujuan
Visi dan misi dari UPT PBAT Umbulan
adalah penyebaran teknologi. Oleh karena itu pembuatan brosur ini dimaksudkan
sebagai upaya penyebaran informasi teknologi budidaya ikan wader dan menjaga
kelestarian ikan wader.
II.
BIOLOGI
IKAN WADER
2.1.
Klasifikasi
ikan wader
Klasifikasi ikan wader (Puntius
binotatus) menurut Roberts (1989) and Kottelat (1993) dalam
Rahmawati (2006) adalah sebagai berikut :
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Cypriniformes
Sub Ordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidea
Genus : Puntius
Spesies : Puntius
binotatus
Nama umum : Spotted barb’ dengan ciri khusus
berupa bintik hitam pada pangkal ekor dan di bagian depan pangkal sirip
punggung (Roberts, 1989).
Nama Lokal : Benter, beunter, dan bunter (Bandung)
: sepadak, dan tanah (Sumatra Selatan);
bada putia (Padang); pujan (Kalimantan Selatan); tewaring (Kalimantan Timur);
bilak, klemar, dan wader cakul (Jawa Tengah) (Saanin, 1984).
2.2.
Morfologi
ikan wader
Dalam
Anonymous (2010) dijelaskan ciri fisik dari ikan wader cakul (wader bintik dua)
adalah :
1. Ukuran ikan ini kecil
sampai sedang, yang sebagian besar didapat dengan panjang total 10 cm, namun
beberapa ikan ini mampu mencapai panjang 17 cm
2. Memiliki empat sungut
kecil di ujung moncongnya
3. Tubuhnya berwarna abu-abu
kehijauan atau keperakan
4. Memiliki dua buah tanda
lingkaran kecil yang terdapat di pangkal sirip belakang dan di tengah batang
ekor.
Ikan Wader betina
Ikan
Wader Jantan
Saanin
(1984) menguraikan bahwa ikan ini perutnya membundar, memiliki 2 pasang sungut,
mulutnya dapat disembulkan, permulaan sirip punggung di depan permulaan sirip
perut dan sirip perut jauh ke belakang, di muka dubur, rahang tidak bergigi.
Sirip punggung ikan wader memiliki beberapa jari-jari lemah mengeras dengan
bagian belakangnya bergerigi dan 7-9 jari-jari lemah; sirip duburnya memiliki
beberapa jari-jari lemah mengeras dan 5 jari-jari lemah bercabang; jari-jari
lemah mengeras paling belakang tidak bergerigi. Ikan ini memiliki ukuran kepala
3,3-4,5 kali lebar mata, dan tinggi batang ekornya sama dengan panjangnya dan
1/3-1/2 kepala. Ikan ini memiliki beberapa bercak hitam dan seluruh tubuhnya
bersisik.
2.3.
Habitat
dan Penyebaran
Ikan wader merupakan jenis-jenis ikan kecil dari
suku (famili) Cyprinidae. Beberapa spesies ikan wader yang yang kita kenal
adalah wader pari (lunjar padi), wader bintik dua, dan beberapa jenis lainnya
yang biasa disebut dengan wader. Ikan ini biasa menempati danau dan sungai,
bahkan selokan yang berair jernih. Ikan wader secara umum tersebar
di Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Lombok dan Bali), Malaysia, Filipina,
Thailand, Vietnam, Kamboja, Brunei Darusalam, hingga ke India dan sebagian
China (Anonymous, 2010).
Wader bintik dua merupakan salah satu spesies
wader yang dibeberapa daerah di Indonesia biasa disebut sebagai beunteur
(Sunda), wader cakul atau wader (Jawa), puyan (Banjar), tanah atau sepadak
(Bengkulu). Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai spotted barb atau common barb.
Sedang dalam bahasa Malaysia disebut Bunter, Putih, Tebal Sisek. Dalam bahasa
ilmiah (latin) dinamakan Puntius
binotatus. Spesies wader bintik dua (Puntius binotatus). Ikan wader bintik
dua biasa ditemukan bersama spesies wader lainnya daerah
tropis mulai dari pantai hingga daerah berketinggian 2.000 meter diatas permukaan laut
dengan kisaran pH 6 – 6.5 dan suhu perairan 240 – 260 C. Wader bintik dua menyukai air selokan dangkal,
sungai bahkan danau yang berair jernih ( Robert,
1989 ).
III.
KEGIATAN BUDIDAYA IKAN WADER
3.1.
Seleksi Induk
Seleksi induk :
Ciri – ciri induk yang siap
matang gonad:
Jantan : 1.
Badan lebih ramping
2. Warna tubuh lebih cerah
3.
Bila distriping akan mengeluarkan
sperma
Ciri-ciri induk jantan
Betina
:
1. Badan lebih gemuk
2. Warna tubuh tidak cerah
3.
Bila distriping akan mengeluarkan
telur
Ciri – ciri induk Betina
3.2.
Pemijahan
Pemijahan
ikan wader dapat dilakukan di kolam maupun di aquarium. Namun harus
dikondisikan sesuai dengan kondisi di alam dimana ikan wader dapat memijah
secara alami di alam, yaitu harus ada aliran air selama proses pemijahan.
Induk wader siap pijah
Persiapan pemijahan :
1. Kolam dikeringkan terlebih dahulu
2. Dialiri air hingga mencapai tinggi 30 cm .
3. Kualitas
air diukur meliputi suhu, pH, debit air
4. Kemudian diberi substrat untuk peletakan telur ikan wader
5. Substrat
yang dipergunakan adalah kakaban (ijuk). Ijuk diletakkan 5 cm di atas dasar kolam
dengan kerapatan 40-50% dari luas keseluruan dasar.
6. Setelah
kolam pemijahan selesai dipersiapkan,induk hasil seleksi induk betina dan jantan yang sudah matang gonad dimasukkan dalam kolam pemijahan dengan jantan
betina 2 : 1 dan 1 : 1.
Kolam Pemijahan
3.3. Pendederan
Setelah ikan wader cakul diketahui telah memijah, induk
yang ada dalam aquarium diambil. Setelah induk terambil semua, aquarium dialiri
air supaya sisa sperma yang ada dalam aquarium hanyut. Hal ini bertujuan untuk
menghindari tumbuhnya jamur. Setelah itu perkembangan telurnya diamati yang ada
dalam kolam dan lamanya telur akan menetas diamati. Kualitas air meliputi suhu,
pH, DO dan tinggi air diamati untuk mengetahui kondisi yang sesuai untuk
penetasan telur ikan wader tersebut sampai telur menjadi larva.
Setelah menjadi larva, diamati apakah masih terdapat
kantong telur. Apabila kuning telur sudah habis, larva diberi rebusan kuning
telur yang dihaluskan, sebagai makanan awal. Dipilih kuning telur yang sudah
dihaluskan ukurannya sesuai dengan bukaan mulut larva ikan wader cakul.
Telur
ikan wader
3.4.
Pembesaran
Pembesaran
dapat dilakukan di kolam setelah pendederan benih di kolam terkontrol selama
kurang lebih 2 bulan, kemudian setelah menjadi benih, ikan wader dapat
dibesarkan di kolam terbuka/ lebih luas. Pembesaran ikan wader sampai berukuran
untuk konsumsi dilakukan selama 4 bulan dengan ukuran panen ikan wader berkisar
antara 10-12 cm, dengan berat rata-rata 10 gram/ ekor.
Benih ikan wader
Wader siap
dipanen (umur 6 bulan)
IV.
PENGANGKUTAN BENIH
Apapun
teknik dan jenis pengangkutan, pengaruh keberhasilan kegiatan pengangkutan
sangat besar terhadap kualitas ikan. Akhirnya, keberhasilan pengangkutan akan
mempengaruhi harga jual produk.
Pengangkutan
ikan wader hidup
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Jenis
ikan
Kebutuhan
oksigen untuk setiap jenis ikan berbeda-beda.
2.
Suhu
Suhu
air berpengaruh terhadap aktifitas di dalam tubuh ikan. Pengangkutan sebaiknya
dilakukan pada kondisi suhu air yang lebih rendah dari suhu normal.
Pengangkutan dalam sushu rendah akan mengurangi respirasi ikan, sehingga
kandungan oksigen terlarut dalam air tetap tinggi. Suhu air yang tinggi akan
mengurangi persediaan oksigen dalam air. Karena itu, pengangkutan sebaiknya
dilakukan saat cuaca tidak panas, yakni pada pagi, sore atau malam hari.
3.
Oksigen
Terlarut
Oksigen
terlarut dalam air sangat dibutuhkan oleh ikan selama proses pengangkutan.
Oksigen terlarut ini dibutuhkan oleh ikan untuk bernafas. Jika jumlah
oksigen terlarut di dalam air sudah habis ikan akan segera mati.
4.
Jumlah
dan ukuran ikan
Jumlah
dan ukuran ikan yang diangkut harus dipertimbangkan. Semakin kecil ukuran ikan,
semakin banyak jumlah yang bisa diangkut (hal ini terkait dengan ketersediaan
dan pemanfaatan ruang]. Begitu pula sebaliknya, jika untuk ukuran ikan besar,
jumlah yang bisa diangkut lebih sedikit. Makin besar ukuran ikan makin besar
pula kebutuhan oksigen untuk bernafas sehingga makin banyak membutuhkan
oksigen.
5.
Ekskresi
Ekskresi
adalah sisa-sisa metabolisme tubuh berupa kotoran yang dikeluarkan oleh ikan
selama proses pengangkutan. Kotoran tersebut bersifat racun bagi ikan. Karena
itu sebelum pengangkutan kotoran ikan harus dibuang terlebih dahulu. Caranya
dengan dipuasakan atau diberok di air yang mengalir selama beberapa jam atau
beberapa hari.
6.
Jarak
dan Lama Pengangkutan
Jarak
angkut harus diperhatikan karena berpengaruh terhadap lamanya pengangkutan.
Semakin jauh jarak angkut, semakin lama proses pengangkutan berlangsung. Begitu
pula sebaliknya, semakin dekat jarak angkut, waktu tempuhnya tidak terlalu
lama. Pengangkutan jarak jauh dengan waktu angkut yang lama bisa membuat ikan
stress. Hal ini dapat terjadi karena kadar oksigen dalam media pengangkutan
menurun dan sebaliknya kadar karbondioksidanya meningkat akibat proses
respirasi. Di samping itu kadar amoniak yang mengalami peningkatan sebagai
akibat proses ekskresi atau pembuangan kotoran dan urin.
7.
Sistem
dan Sarana Pengangkutan
Sarana angkut berupa kendaraan atau jalan. Perlu
dipertimbangkan kemungkinan terjadinya kerusakan atau kemacetan selama
perjalanan sehingga proses pengangkutan semakin lama. Pengangkutan ikan, baik
yang masih benih maupun yang besar bisa dilakukan dengan dua cara, yakni
pengangkutan secara terbuka dan tertutup. Untuk jarak dekat, system
pengangkutan dilakukan secara terbuka dengan karamba yang dipikul. Sementara
itu, untuk jarak jauh, pengangkutan menggunakan system tertutup dengan mobil. Wadah
pengangkutan yang umum digunakan adalah kantung plastik.
Pengangkutan
Metode Tertutup
a. Pengepakan
·
Siapkan
kantong plastik yang telah dipotong sesuai kebutuhan, rangkap dua.
·
Masukkan
air pengangkutan yang telah diberi perlakuan secukupnya sesuai kebutuhan.
· Timbang
benih ikan sesuai kebutuhan.
· Atur
kepadatan ikan sesuai dengan ukuran ikan, jarak dan lama pengangkutan.
· Tambahkan
oksigen murni kedalam kantong (setelah dibuang kotorannya) sebanyak 2 bagian
air, ikat dengan karet gelang.
· Masukkan
dalam kardus / box “styrofoam” tambahkan es batu yang telah dibungkus plastik
secukupnya.
· Tutup
kardus / box styrofoam dan pastikan kantong plastik benih tertata rapat. Bila
masih longgar beri pengganjal yang aman, ikat dengan rekatan lak band.
· Gunakan
glangsi / sak bila perlu, untuk mencegah kebocoran dalam pengangkutan. Tumpuk
secukupnya atau diberi pembatas agar tumpukan bagian bawah
· Usahakan
aman dan tambahkan es batu di sela-selanya.
· Tata
sesuai urutan packing atau beri nomor / tanda urutan agar benih packing pertama
dapat ditebar pertama pula.
Tabel
waktu pengangkutan
Ukuran ikan
|
6 jam
|
12 jam
|
24 jam
|
1
– 2 cm
|
1000
ekor/lt
|
500
ekor/lt
|
250
ekor/lt
|
2
– 3 cm
|
400
ekor/lt
|
200
ekor/lt
|
100
ekor/lt
|
3
– 5 cm
|
200
ekor/lt
|
100
ekor/lt
|
50
ekor/lt
|
5
– 7 cm
|
75
ekor/lt
|
30
ekor/lt
|
10
ekor/lt
|
b. Re Packing / Pengepakan Ulang
Pengepakkan
ulang dilakukan bila :
·
Kebocoran
air / oksigen.
·
Tekanan
oksigen berkurang.
·
Waktu
pengangkutan melebihi batas.
· Air keruh
karena kotoran benih ikan.
·
Benih
banyak yang mati.
·
Benih
kelihatan kurang segar, gerakan lambat, lakukan penyegaran dengan pemberokan
ulang sampai benih segar kembali. Lakukan dengan adaptasi secukupnya.
c. Usaha Penyelamatan.
·
Untuk
menambah diffusi O2 hidupkan mesin agar kendaraan bergetar atau
goyang – goyang bungkusan benih tersebut.
· Bila
kendaraan berhenti lindungi dari panas matahari.
·
Mengurangi serangan jamur dengan merendam dalam air
larutan tanah / lumpur 3 hari berturut – turut , ini terjadi bila pengangkutan
lebih dari 6 jam, lendir berkurang, sisik terasa kasar. Setelah ikan tidak berjamur tebar ke
tempat budidaya.
V.
PENUTUP
Budidaya ikan wader merupakan salah satu upaya pelestarian ikan-ikan
liar yang berada di alam. Ikan wader termasuk ikan endemic Indonesia yang perlu
dilindungi dari kepunahan. UPT PBAT Umbulan telah berhasil melaksanakan upaya
domestikasi (pembudidayaan spesies ikan liar) yaitu ikan wader. Dimana ikan
wader yang dikonsumsi selama ini masih didapatkan dari upaya penangkapan ikan
di alam. Dengan keberhasilan ini diharapkan keberadaan ikan wader yang terancam
kepunahannya dapat dihindari dan pemenuhan kebutuhan konsumsi ikan wader dapat
terpenuhi.
Keberhasilan usaha domestikasi ikan wader ini diharapkan dapat
menjadikan semangat bagi UPT PBAT Umbulan pada khususnya dan UPT di Propinsi
Jawa Timur pada umumnya untuk melaksanakan usaha pelestarian ikan – ikan liar
di sekitar kita.
Semoga buku budidaya ikan wader ini dapat dijadikan informasi untuk
kegiatan budidaya ikan-ikan liar dan dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.1998. Aquaculture Production Statistics.
FAO. Rome. Diakases 10 Agustus 2012
Anonymous,
2010.Warta Pasar Ikan. Volume2 : 83. Kementrian Kelautan dan
Perikanan. Jakarta.
Budiharjo,A. 2002. Seleksi
dan Potensi Budidaya Jenis-jenis Ikan Wader dari Genus Rasbora. UNS Surakarta.
__________.
2003. Pakan Tambahan Alternatif untuk
Meningkatkan Pertumbuhan Ikan Wader (Rasbora
argyrotaenia). Biosmart, 5 (1): 56-60.
Burton,
M.P.M. 1999. Note on Potentian Error in
Esimating Spawning Stock Biomass: Determining the Effect of Non-Participatory
Adults for Some Grondfish Species. Journal
Northw Atlantic Fish Science, 25:
205-213.
Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan De wi
Sri. Bogor.
Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka
Nusatama. Yogyakarta.
Effendie, M.I. 2002. Biologi
Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara: Yogyakarta.
Effendi, H. 2003. Telah Kualitas Air. Bagi Pengelolaan
Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Jurusan MSP. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan.IPB. Bogor.
Fujaya,Y.2004. Fisiologi
Ikan. Rineka Cipta.Jakarta. hal 151
Haryono. 2006. Studi
Morfometri Ikan Wader Goa (Puntius
microph Gunther, 1868) yang Unik dan Dilindungi Undang-Undang. Berkala
Penelitian Hayati, 12: 51-55.
Heriyanto,
T. 2011. Fekunditas dan Diameter Telur. Diakses pada tanggal Juni 2012
Hutabarat,
S. Dan S.M. Evans. 2006. Pengantar Oceanografi. UI Press. Jakarta
Irawan. 2009. Faktor-faktor
penting dalam proses pembesaran ikan di Fasilitas Nursery dan
Pembesaran.http://www.sith.ieb.ac.id. Diakses pada 28 September 2012.
Johnston,
C.E. 1999. The Relationship of Spawning
Mode to Conservation of North American Minnows (Cyprinidae). Enviromental Biology of Fishes, 55: 21-30.
Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller. 1962. Ichthyology. John Willey and Sons Inc. New York.
Liao.I.C.dan
Chao,N.H.1983. Development of prawn
culture and its related studies in Taiwan. In.Proceedins of Internatinal
Cofference on warm water aquaculture,Rogers.G.L., Day.R and Lim ,A, Hawaii,9-11
Februari,pp 127-142.
Maskur. 2002. Pelestarian
Pasma Nutfah Ikan-Ikan di Perairan Umum. Jurnal Aquakultur Indonesia, 1
(3): 134-144.
Nikolsky, G. V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press.
New york. pp 325
Nontji,B.R. 1987. Fish
Farming. Blackwell science ltd. USA Creasoft
Pattern, B.M.1992. Early
Embriology of The Chick. Mc Graw Hill Publishing. New Delhi.
Rahmawati,I. 2006. Aspek
Biologi Ikan Beunter Di bagian Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung, Jawa Barat. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Roberts, T. R. 1989. Puntius binotatus sp.
http://www.fishbase.org.
Roberts, T. R. 1989. The
Freswater Fishes of Western Borneo (Kalimantan Barat,Indonesia). California
Academy of Sciences. San Fransisco.
Rustidja. 2004. Pemijahan
Buatan Ikan-ikan
daerah Tropis.
Bahtera Press. Malang.
Rustidja,.Richter,J.J.C.1985. Pengantar
Ilmu Reproduksi Ikan. LUW-UNIBRAW_FISH.
Fisheries Project. Malang.
Saanin, H. 1984. Taksonomi
dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I. Bina Cipta. Bandung. 256 hal.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Lambung Mangkurat. Jurnal Kualitas Air. 4 ( 1 ) : 29-35 hal.
Zonneveld.
N., Huisman.E.A., Boon.J.H. 1991. Prinsip-prinsip
Budidaya Ikan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Muantab. Dimana sya bisa dapat bibit untuk lokasi Bandung
BalasHapusmaju terus budidaya ikan lokal, mungkin perlu dipikirkan juga budidaya ikan lokal lainnya; udang, cethul, uceng, wader pari, wader kepek, wader cakul, kutuk (gabus), dll
BalasHapusTerima kasih pak.....
Hapuskami terus berusaha untuk domestikasi ikan lainnya, dan untuk wader pari kami juga sudah menguasainya.
gan, ane coba ikannya di stripis, tp gk keluar telor atau sperma,, gmana dong???
BalasHapusJuooss lanjutkan inovasi yg tiada hentinya , Kita memang harus menguasai tekhnologi ikan native kita , Ditunggu hasil budidaya ikan native lainnya macam hampala , mahseer , baung serta ikan lainnya . Mantaaappp
BalasHapusok.... tx
Hapuslestari ikan lokalku....
klo boleh tau dimana alamat UPT PBAT umbulan, saya ingin belajar tentang budidaya ikan.
BalasHapusAlamat UPT PBAT Umbulan :
HapusDesa Sidepan, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur.
Telepon : 0811361101
Fax : 0343 441998
Email : uptpbat_umbulan@yahoo.co.id
Apa di upt umbulan jual bibit wader??
BalasHapusApa di upt umbulan jual bibit wader??
BalasHapusKlo boleh tanyaUPT PBAT Umbulan,menyediakan kursus atau pembinaan budidaya ikan wader,,soalnya sya tertaik banget ingin budidaya ikan wader,terimakasih..
BalasHapusKlo boleh tanyaUPT PBAT Umbulan,menyediakan kursus atau pembinaan budidaya ikan wader,,soalnya sya tertaik banget ingin budidaya ikan wader,terimakasih..
BalasHapuspesan bibitnya bisa?
BalasHapusAda nomor yg bisa dihubungi untuk pemesanan bibit wader
BalasHapusApa bisa pesen wader siap konsumsi? Saya mau jual di Yogyakarta. Mksh informasinya
BalasHapusdimana saya bisa mendapatkan bibitnya??
BalasHapusSaya sedang belajar membudidayakan ikan wader pari yang saya dapatkan dari alam liar, setelah ikan jantan dan betina sudah menunjukkan kondisi matang secara gonad kemudian saya masukkan kedalam aquarium dengan airasi yang cukup bersuhu 25 derajat celcius dilengkapi ijuk untuk media pemijahan. menggunakan perbandingan 6 jantan dan 3 betina, akan tetapi kondisi ikan tidak menunjukkan tanda2 memijah. kira2 apakah ada kesalahan atau kekurangan dari metode yang saya lakukan?
BalasHapus