I.
PENDAHULUAN
Oleh : Jila Suliastini, S.Pi
1.1.
Latar Belakang
Potensi ikan nila sebagai ikan budidaya cukup besar, karena ikan nila
mudah bereproduksi, tumbuh relatif cepat, mempunyai kandungan protein yang
cukup tinggi, dapat dipelihara dengan kepadatan yang tinggi dan toleran
terhadap kualitas air yang luas kisarannya. Agar usaha budidaya ikan nila
memberikan hasil yang maksimal maka peningkatan teknologi budidaya harus
diikuti dengan usaha perbaikan manajemen untuk pembentukan induk unggul yang
dapat meningkatkan produktivitas benih dan menghasilkan benih yang unggul pula.
Untuk mendapatkan benih yang bermutu sulit diperoleh baik secara
kualitas maupun kuantitas. Kelemahan ini dapat disebabkan karena pengelolaan
induk yang kurang baik dan fekunditas induk ikan nila yang memang rendah. Keberhasilan
produksi dalam kualitas dan kuantitas benih maupun induk akan bergantung kepada
peranan para pengelola Balai pemerintahan atau petani pembenih ikan, oleh
karena itu pengetahuan tentang manajemen induk dalam pembenihan ikan sangat
diperlukan oleh para pengelola pembenihan.
Penggunaan hormon 17 β Estradiol dapat meningkatkan produksi benih ikan nila yang akan
dijadikan sebagai calon induk yang produktif sehingga nantinya dapat
menghasilkan induk-induk betina fungsional. Induk-induk betina fungsional
adalah induk betina yang dapat memproduksi benih yang berkualitas dan
berkuantitas tinggi.
Induk hasil penggunaan hormon 17 β
Estradiol dapat meningkatkan produksi reproduksi, hal ini terlihat jelas pada
prosentase induk memijah yang meningkat hasilnya bila dibandingkan dengan induk
normal dengan demikian peningkatan mutu dan produksi dapat ditingkatkan melalui
penggunaan hormon 17 β Estradiol. Namun kendala yang dihadapi adalah masih sulitnya
mengidentifikasi benih hasil penggunaan hormon 17 β
Estradiol, karena penampilan secara morfologi hasil penggunaan hormone tidak
menunjukkan sifat-sifat yang jelas.
1.2.
Masalah
Masalah yang sering dijumpai pada petani yaitu kemunduran mutu benih dan
jumlah benih yang dihasilkan rendah. Salah satu penyebabnya yaitu penggunaan
induk yang kurang bermutu dan tidak layak pakai. Oleh karena itu perlu adanya
peremajaan induk yang mempunyai sifat unggul yaitu dapat menghasilkan benih
yang pertumbuhannya tinggi, SR tinggi serta tahan terhadap penyakit.
Sex Reversal
merupakan usaha meningkatkan populasi ikan menjadi
jantan/betina, dengan mengubah gonad benih yang belum terdeferensiasi. Salah
satu cara untuk memperoleh populasi tunggal kelamin betina adalah pemberian
hormon 17 β Estradiol. Pemberian hormon 17 β
Estradiol dapat dilakukan dengan metode perendaman (dipping) dan oral pakan (pemberian hormone melalui pakan).
Berdasarkan hasil penelitian ikan hasil perlakuan perubahan kelamin
jantan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan perubahan
kelamin betina. Penelitian perubahan kelamin menjadi betina mengarah pada
pembuatan induk betina dan belum menuju pada keproduktivitasnya. Melihat hal
tersebut UPT PBAT Umbulan – Pasuruan berinisiatif untuk melakukan serangkaian
uji lapang mengenai produktivitas induk ikan nila hasil perlakuan hormon
estradiol dan keunggulan benih yang dhasilkan.
1.3.
Tujuan
-
Mengetahui
persentase ikan jantan dan betina hasil perlakuan hormon estradiol.
-
Memenuhi
kebutuhan stok induk berkualitas dan berproduktivitas tinggi.
1.4.
Kegunaan
-
Menghasilkan
induk-induk baru yang berkualitas dan ber produktivitas tinggi bagi UPT PBAT
Umbulan sendiri maupun BBI Lokal dan UPR.
-
Meningkatkan
produksi benih ikan nila.
-
Memenuhi kebutuhan pasar benih ikan nila.
II.
MATERI DAN METODE
2.
Materi
Materi penelitian ini
meliputi bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan dalam kegiatan penggunaan
hormon 17 β Estradiol.
2.1.1
Peralatan
-
Wadah
percobaan : - Bak perlakuan
- Kolam pendederan
- Kolam pemijahan
-
Timbangan
analitik
-
Seser
larva
-
Alat
Kualitas Air
-
Freezer
-
Mikroskop
-
Sectio
Set
-
Objek
glass dan cover glass
2.1.2.
Bahan
-
Induk
ikan Nila Uji
-
Hormon
17 β Estradiol
-
Alkohol
96%
-
Serbuk
Carmin
-
Pakan
Pellet
-
Pakan
pellet halus
-
Benih
ikan nila uji
2.1.
Prosedur Kerja
1.
Menyiapkan induk nila, alat dan bahan percobaan
-
Menyiapkan induk jantan dan betina
-
Memijahkan
induk nila
-
Pengambilan
larva ikan nila/ penyeseran
-
Pemilihan
larva yang digunakan sehat dan aktif bergerak.
2. Perlakuan
pakan berhormon estradiol
-
Pakan
pellet halus ditaruh di atas plastic dan diratakan.
-
Menyiapkan
hormone 17 β Estradiol sebanyak 100 ppm yang dilarutkan dalam alcohol 96 %
sebanyak 100 ml lalu disemprotkan pada pakan secara merata.
-
Pakan diangin-anginkan selama 30 menit – 1 jam agar
alcohol menguap
-
Sisa pakan berhormon disimpan dalam almari pendingin
-
Pemberian pakan berestradiol pada benih selama 40 hari
dengan frekuensi pemberian 3 x sehari.
3. Pendederan
-
Benih
hasil perlakuan ditebar di kolam pendederan dengan frekuensi pemberian pakan 3
x sehari.
4. Pengamatan hasil perlakuan
-
Dihitung prosentasi perubahan kelamin jantan dan betina :
a.
Secara Manual / mengamati alat kelamin sekunder
Ikan betina terdapat tiga lubang urogenital dan ikan jantan
hanya terdapat dua lubang urogenital dan jika distripping keluar/ memancarkan
cairan sedangkan ikan intersex biasanya alat kelamin sekundernya berkembang
kurang jelas baik jantan maupun betina.
b.
Pengamatan gonad
-
membuat larutan asetocarmin
-
membedah ikan nila uji, dengan cara menggunting bagian
perut ikan mulai dari operculum hingga anus.
-
Mengambil jaringan gonad ikan kemudian diletakkan di atas
objek glass.
-
Menetesi gonad dengan larutan asetocarmin sebanyak 1-2
tetes.
-
Dibiarkan selama 5-10 menit agar larutan asetocarmin
meresap dalam jaringan gonad.
-
Menutup gonad dengan cover glass.
-
Mengamati di bawah mikroskop.
-
Menentukan jenis gonad atau kelamin ikan uji
- Mencatat prosentase betina, jantan dan intersex untuk
menentukan keberhasilannya.
5. Pembesaran
-
Ikan
nila dipelihara pada kolam pembesaran dengan frekuensi pemberian pakan 3 x
sehari.
3.
ANALISIS DATA
3.1. Parameter Uji
Analisis data dilakukan secara komparasi dan deskriptif. Analisis secara
komparasi untuk mengetahui faktor-faktor keberhasilan dan kemungkinan
penyebabnya penyebabnya kegagalan dalam memperoleh data (hasil) yang
diinginkan. Analisis deskriptif tidak hanya terbatas pada pengumpulan dan
penyusunan data, tetapi meliputi juga analisis dan pembahasan data-data
tersebut. Data hasil pengamatan penggunaan hormon 17 β Estradiol yang diambil
antara lain :
- Prosentase betina, jantan dan intersex
- Prosentase betina B (%) = (Jumlah ikan betina / jumlah total ikan ) x 100%
- Prosentase jantan J (%) = (Jumlah ikan jantan /jumlah total ikan ) x 100%
- Prosentase intersex H (%) = ( Jumlah ikan intersex / jumlah total ikan ) x 100%
4.
HASIL KEGIATAN
Pembuatan betina XY
dilakukan di Laboratorium Basah UPT PBAT Umbulan Pasuruan. Berikut
hasil kegiatan produksi betina XY :
1.
Perlakuan Pakan Berhormon
Perlakuan pakan berhormon
:
- Jumlah larva =
5.000 ekor
- Tempat =
Aquarium, kapasitas 500-750 ekor/ aquarium
- Pemberian pakan =
28 hari
Hasil :
Kelulushidupan =
73 % ( 3.650 ekor)
Ukuran =
1-2 cm : 14.8 % (541 ekor)
2-3 cm : 85.2 % (3.109 ekor)
2.
Pendederan
Pendederan dilaksanakan di
kolam tanah ukuran 300 m2. Pada masa pendederan dilakukan uji gonad
untuk mengetahui hasil dari pemberian hormon 17 β Estradiol.
Hasil Uji Gonad
Jumlah sample : 100 ekor
Ukuran sample : 3-5 / 5-7 cm
Prosentase betina, jantan dan intersex
- Prosentase betina B (%) =
85/100 x 100 %
=
85 %
- Prosentase jantan J (%) =
9/100 x 100 %
=
9 %
- Prosentase intersex H (%) =
6/100 x 100 %
=
6 %
Gambar hasil preparasi gonad:
Betina
Jantan
Intersex
Hasil Pendederan :
Jumlah benih Tebar :
3.500 ekor
Kelulushidupan : 80% (2.800 ekor)
Berat
panen : 15 - 38
gram/ekor
Komposisi
panen : Kurang dari 10 gram :
0-33 %
10-20 gram : 26-31 %
Lebih dari 20 gram : 41-70 %
Nilai
ubah pakan (FCR) : 1.2 – 1.4
2.
Kegiatan Pembesaran
Jumlah benih Tebar :
2.800 ekor
Kelulushidupan : 70% (1.960 ekor)
Berat
panen : 150 - 300
gram/ekor
Komposisi panen : Kurang dari 150 gram : 0-22 %
150-250 gram : 20-30 %
Lebih dari 250 gram : 60-78 %
Nilai
ubah pakan (FCR) : 1.1 – 1.2
Jumlah induk betina =
1.400 ekor
V. KESIMPULAN
Produksi
betina XY dengan menggunakan hormon 17 β Estradiol dapat meningkatkan produksi benih ikan nila
yang akan dijadikan sebagai calon induk yang produktif sehingga nantinya dapat
menghasilkan induk-induk betina
fungsional. Induk-induk betina fungsional adalah induk betina yang dapat
memproduksi benih yang berkualitas dan berkuantitas tinggi. Berdasarkan hasil perlakuan menunjukkan bahwa penggunaan hormon 17 β Estradiol dapat meningkatkan prosentase keberhasilan ikan nila menjadi betina sebesar 85 %.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar